“Selamat pagi semuanya.” Tiba-tiba suara berat Yusuf membuyarkan obrolan serius Nisya dan Linda. Perhatian semua orang pun langsung tertuju ke arah manajer mereka tersebut, tak terkecuali Linda. Saat itu jantung Linda berdegup kencang karena sudah bisa menebak apa yang akan Yusuf katakan di depan orang banyak.
“Ada sesuatu yang hendak aku umumkan kepada kalian. Ini bukan masalah pekerjaan, tapi masalah pribadi. Dan menurutku, hal bahagia ini wajib diberitahukan kepada semua orang,” kata Yusuf mulai membuka sambutannya. Yusuf menoleh ke arah Linda dan mengangguk, memberi isyarat agar Linda maju ke depan dan berdiri di sampingnya.
Linda pun berdiri dengan gugup. Ia merapikan pakaiannya sekilas sebelum menghampiri Yusuf. Nisya hanya melirik Linda dengan pandangan tak suka karena temannya itu sama sekali tak mendengarkan perkataannya.
Dengan mesra Yusuf melingkarkan tangannya di pinggan Linda dan membuat semua orang bergunjing satu sama lain. Tapi kali ini Linda tak menghiraukan pandangan mencibir dari teman-temannya. Ia merasa bangga berdiri di sana walaupun status Yusuf masih suami orang.
“Kalian semua pasti sudah tahu apa yang terjadi semalam, dan aku mengakui hal itu. Aku memang ada hubungan dengan Linda, dan hubungan kami akan segera menuju ke jenjang yang lebih serius. Aku dan Natusha juga sudah bercerai, jadi kami hanya tinggal menunggu proses hukumnya saja sebelum aku akhirnya menikahi Linda,” jelas Yusuf. Linda tersenyum mendengarnya.
“Jadi aku harap, kalian bersikap baik kepada calon istriku ini dan jangan sampai kalian membuatnya tak betah bekerja di sini,” tambah Yusuf dengan nada mengancam.
“Pekerjaan di sini tak ada hubungannya dengan hubungan pribadiku, jadi jangan membuat pekerjaan menjadi tak lancar karena sikap julid kalian. Mengerti?”
“Mengerti.” Semua orang menjawab pelan dengan nada malas. Mereka sangat tak suka dengan perselingkuhan ini dan mulai merasa jika suasana kerja sudah tak nyaman lagi. Bagaimana mereka bisa bekerja dengan baik jika atasannya saja membenarkan perselingkuhan? Sungguh sebuah contoh yang tak baik bagi para karyawannya.
Linda pun kembali ke mejanya setelah Yusuf mengedipkan mata ke arahnya sekilas. Nisya yang memperhatikan itu merasa mual melihatnya, karena sikap Yusuf dan Linda baginya sangat memalukan. Bukan saja mengakui perselingkuhan, tapi juga karena mereka berani mengumbar kemesraan di depan publik.
Saat Linda duduk di sampingnya, Nisya menatap Linda dengan wajah kesal.
“Puas?” sindir Nisya.
“Puas banget. Sekarang, kalian sudah tahu kan kalau Mas Yusuf akan menikahiku,” jawab Linda dengan sombong.
Nisya hanya bisa berdecit karena temannya itu benar-benar sudah dibutakan oleh cinta sehingga tak sadar jika sudah melakukan kesalahan.
“Kamu itu temanku Nis, harusnya kamu memberiku selamat. Bukan malah terus menyalahkanku seperti itu,” protes Linda.
“Justru karena aku temanmu, aku wajib menyadarkanmu jika kamu melakukan kesalahan!” sahut Nisya kesal, “Halah! Malas aku lihat kamu, sumpah!” umpatnya sambil beranjak menuju kamar mandi.
Linda pun hanya bisa cemberut menatap punggung Nisya yang menjauh. Ia dan Nisya sudah berteman sejak dia masuk ke kantor ini, jadi dia merasa sedih pertemanan mereka harus hancur karena hubungannya dengan Yusuf.
Linda pun berniat akan terus mendekati Nisya dan bersikap baik karena dia juga tak ingin kehilangan teman baiknya itu. Dia yakin Nisya akan mengerti bagaimana posisinya sekarang.
Saat makan siang, Yusuf mengajak Linda ke restoran untuk makan bersama. Lagi-lagi, mereka berangkulan mesra di depan umum dan membuat semua orang merasa jengah. Bahkan Linda sudah tak merasa malu lagi bergelayut manja kepada kekasihnya itu. Tapi, kedua insan yang dimabuk asmara itu sepertinya sudah tak memiliki rasa malu lagi, karena mereka tak menggubris apa pendapat orang. Mereka merasa apa yang mereka lakukan itu benar dan orang lain tak ada yang berhak menghakimi mereka.
“Jadi bagaimana Mas, kapan kita menikah?” tanya Linda saat menunggu pesanan mereka datang. Siang itu Yusuf mengajaknya makan di restoran Jepang yang cukup mahal.
“Sabar ya? Aku harus menyelesaikan proses hukum perceraianku. Natusha juga sudah setuju melakukannya, jadi aku yakin takkan lama lagi,” jawab Yusuf. Linda mengangguk senang. Walaupun Yusuf menyuruhnya bersabar seperti biasanya, tapi kali ini ia lebih tenang karena sudah ada kejelasan tentang perceraian Yusuf dan Natusha.
“Setelah akta cerainya keluar, kita akan menikah. Kalau perlu seminggu kemudian,” lanjut Yusuf. Linda membelalak.
“Serius Mas?”
“Kapan aku tak serius padamu sayang.”
“Tapi tak mungkin kita bisa melangsungkan secepat itu. Kita butuh persiapan untuk mencetak undangan dan memesan gaun pengantin kan?” tanya Linda. Yusuf tampak terkejut, tapi dia langsung bisa menghilangkan rautnya menjadi lebih tenang.
“Maksudmu, kamu mau pernikahan kita besar-besaran?” tanya Yusuf memastikan.
“Ya iyalah Mas, ini pernikahan pertamaku! Masa iya aku tak merayakannya besar-besaran. Orang tuaku juga pasti sedih jika anak pertamanya ini menikah secara diam-diam,” jawab Linda bersemangat.
“Bukannya diam-diam, tapi sederhana mungkin,” jelas Yusuf.
“Sayanglah Mas, kamu itu manajer. Mana mungkin seorang manajer menikah secara sederhana. Apa kata rekan bisnismu?” sahut Linda sambil terkekeh.
Sayangnya pembicaraan mereka harus terhenti karena makanan yang mereka pesan sudah datang. Linda pun menyantap makanan itu dengan lahap. Baru kali ini ia bisa makan seenak itu dengan perasaan senang.
“Atau aku pesan mulai sekarang aja ya Mas?” tanya Linda tiba-tiba tercetus ide di otaknya.
Dengan malas Yusuf menjawab, “Terserah kamu saja. Makan dulu, jangan banyak bicara kalau makan. Kita juga harus buru-buru kembali ke kantor karena aku ada meeting.”
“Oh, oke Mas.”
Linda pun menuruti saja perintah calon suaminya itu. Dia tak mengerti mengapa ekspresi Yusuf terlihat malas ketika Linda membahas soal pernikahan mewah. Tapi Linda menduga, memang Yusuf tipe pria seperti itu. Ia sering melihat di drakor, jika sang cowok yang jabatannya CEO kerapkali malas jika diajak mengurusi pernikahan. Jadi mereka tinggal bayar aja, sang cewek lah yang mengurus semuanya sendirian.
Tak apa. Linda siap kok kalau harus mengurusi semuanya sendirian. Ia pun sudah berencana mulai melihat-lihat undangan, gaun pengantin, cincin kawin, gedung, dan berbagai persiapan pernikahan lainnya.
Bahkan bukan hanya itu. Saat di kantor, dengan pedenya Linda mengundang beberapa teman cewek untuk berpesta di apartemennya. Mereka pun hanya saling pandang dengan bingung.
“Pesta apa Lin? Ulang tahun?” tanya Nisya.
“Bukan ulang tahun sih. Tapi untuk merayakan sesuatu,” jawab Linda sambil senyum-senyum.
“Merayakan apa nih? Kita gak mau salah kostum kan?” tanya Tara penasaran.
Sambil berjingkat karena tak bisa menahan bahagia, Linda pun menjawab, “Anggap saja Bridal Shower! Tapi aku mau nanti konsepnya kayak pesta piyama, jadi kalian pake baju tidur, oke?”
Semua teman Linda pun semakin melongo dibuatnya? Bridal Shower? Serius nih? Itu kan pesta bujang untuk cewek? Tapi, bukannya Yusuf dan Natusha juga belum resmi bercerai?
***