loader image

Novel kita

Pesona Annisa, Istri Sahabatku (CHAPTER 2)

Pesona Annisa, Istri Sahabatku (CHAPTER 2)

Chapter 2
348 User Views

CHAPTER 2

 

Jadi begitulah yang terjadi.

Kejadian yang tak pernah ku duga-duga, jika sahabatku bisa memintaku untuk melakukan apa yang ia inginkan, demi mencapai hasratnya untuk mengembalikan keutuhan keluarganya yang hancur, karena ulahnya sendiri.

Kini, ku rebahkan tubuh di sebuah kursi kayu yang berada tepat di depan satu cermin bulat, seperti cermin yang ada di kelokan jalan buta sebagai petunjuk jika ada kendaraan dari arah lain.

Aku menatap diriku sendiri di cermin itu. Aku nyaris tertawa ketika mengingat bagaimana aku dulunya. Aku yang dulu tentulah amat sangat jauh berbeda dengan yang sekarang.

Yah. Penampilanku pada dasarnya menarik, tapi tak seganteng Gege yang tampan dan dulu selalu jadi idola di sekolah maupun di kampus. Hingga sekarang pun tubuhnya masih tetap tegap dengan dada sixpack sementara aku – biasa-biasa saja. Semua penuh dengan biasa saja, tapi, beberapa wanita sih kadang mengatakan aku menarik dan punya kharisma yang kadang membuat kaum hawa salah fokus.

Gege selalu wangi dan berpakaian necis karena bekerja di perusahaan besar sebagai salah satu sales manager, dia tampil rapi jali setiap hari dengan parfum mahal dan rambut kelimis manis pesona pomade. Rambut cepaknya dipotong di barbershop mahal berharga ratusan rupiah sekali pengerjaan dengan jenggot dan kumis tipis dibiarkan tumbuh membuatnya tampil terlalu tampan.

Sedangkan aku? Ahhh sudahlah. Kalian cukup membayangkan saja, wajah seorang pria yang kharismatik.

Intinya….

Apapun itu, meski Gege melebihku dari segala-galanya. Namun, aku nyaman-nyaman saja dengan kehidupan yang ku jalani saat ini. Salah satunya, kehidupan yang masih sendiri dan tanpa memikirkan sama sekali sebuah pernikahan.

Beruntung aku kerja secara remote alias work from home di salah satu startup sebagai programmer sehingga tak perlu setiap hari tampil rapi dan jalan ke kantor seperti si Gege.

 

Dari ekor mata ini, aku menyadari sahabatku yang sejak tadi memilih diam dengan pikirannya sendiri, yang juga memang sengaja ku biarkan biar aku juga mampu mendinginkan isi dalam kepala, mulai menunjukkan gesture untuk kembali mengajakku mengobrol.

“Bagaimana menurutmu, Den?” Gege bertanya kembali.

“Jadi… maksudmu gimana sih, Ge?” tanyaku kemudian, “Apa sebenarnya yang kamu inginkan?”

“Aku ingin rujuk sama Nisa, Den. Aku pengen balikan.”

Aku mencibir, “Kalo pengen tetap sama Nisa, kenapa dulu dicerai? Dasar plin-plan. Bloon memang kamu ini. Ya sudah, aku juga setuju kamu rujuk sama Nisa. Sekarang apa masalahnya? Rujuk bukannya tinggal rujuk aja?”

Aku berbohong. Aku tahu apa yang dia bicarakan. Kita sedang membicarakan hukum talak ba’in kubra atau talak tiga. Dia tidak akan bisa menikahi istrinya kembali sampai istrinya itu menikah kembali dan diceraikan oleh suaminya. Aku memasang wajah pura-pura bodoh.

“Tadi kan sudah aku bilang, Den. Kalau cuma talak satu dan dua, aku masih bisa rujuk. Tapi aku dengan bodohnya menjatuhkan talak tiga ke Nisa, itu artinya kalau pengen rujuk, aku harus menunggu sampai Nisa diceraikan kembali oleh suaminya yang baru, barulah aku bisa rujuk kembali dengannya.” Wajah Gege terlihat memelas, aku pun duduk di sampingnya dengan pandangan bingung, “Den… kamu satu-satunya orang yang kupercaya yang sanggup mengembalikan Nisa dan anak-anak kepadaku. Aku butuh bantuanmu. Aku tidak mungkin membiarkan Nisa menikahi orang lain.”

“Memangnya Nisa setuju?” masih saja ku tunjukkan ekspresi yang agak kurang setuju dengan pemikiran konyol sahabatku ini.

Gege mengangguk, “Sudah. Aku sudah membicarakan ini dengannya dan dia juga sudah paham siapa satu-satunya orang tepat. Kami berdua sama-sama ingin rujuk, Den. Karena kami masih saling mencintai dan kami saling membutuhkan.”

“Yungalah, wong gemblung pancene kowe iki, Ge. Sudah gila memang. Kenapa aku?”

“Why? Kenapa harus aku, Ge? Kenapa kamu harus menjerumuskan sahabatmu ini ke dalam masalah pribadimu sih?” aku kembali memberinya bantahan yang tegas.

Sahabatktku menghela nafas sesaat. Dan inilah waktunya bagiku untuk mendengar alasan yang sebenarnya, sehingga ia begitu bodoh memutuskan menunjukku untuk menjalankan rencana bodohnya itu.

“Karena… karena kamu sahabatku, kamu teman baikku, dan kamu satu-satunya orang yang aku percaya. Kamu tidak akan memanfaatkan kondisi ini dengan melakukan hal-hal yang buruk pada Nisa dan anak-anak. Kamu juga tidak akan tidur dengan Nisa hanya karena menikahinya,” Gege menatapku dengan yakin, “Kami hanya perlu orang yang akan menikahi Nisa, lalu menceraikannya – bahkan dengan biaya pernikahan yang akan aku tanggung. Tidak ada ruginya, Den. Kamu adalah orang yang paling tepat.”

“Hrrrhh… kita harus bicarakan ini dengan Nisa, Ge. Tidak mungkin masalah seperti ini dibicarakan oleh hanya kita berdua saja. Justru Nisa adalah yang paling dirugikan dalam hal ini. Betul kan?”

Gege mengangguk, wajahnya kembali muram. Aku tahu dia benar-benar mencintai Nisa. Siapa yang tidak akan mencintai wanita seindah itu?

“Bagaimana kabarnya, Ge?”

“Dia bekerja lagi, Den. Ikut temannya yang punya usaha kuliner. Kamu kan tahu Nisa tangannya ajaib kalau sudah ngomongin perihal makanan. Dia sekarang membantu mengembangkan bisnis temannya dan kadang ikut memasak atau baking sendiri.”

“Lha terus anak-anak?” aku tak lagi menatapnya. Mencoba meredakan gejolak hati yang muncul mendadak di dalam sana. Seberusaha mungkin ku menjaga sikap, menjaga ketenangan di hadapannya.

“Mereka dititipkan ke mertu… mantan mertuaku. Meski tidak lagi tinggal serumah, setiap hari aku masih mengantarjemput Nisa dan anak-anak. Untuk sementara ini mereka tinggal sama orang tua Nisa.”

“Oalaaaah, ya ya.” Balasku sambil ngangguk-ngangguk.

“Kamu mau ngobrol sama Nisa, Den?”

Baiklah.

Akan ku berikan jawaban pasti padanya, karena memang aku juga tak memiliki pilihan lain, tak punya alasan juga buat menunda.

“Ya iyalah,” aku menepuk pundak Gege, “kita bincangkan ini bareng-bareng dalam suasana tenang dan pikiran dingin, oke? Kalau kita bertiga mencapai kata sepakat maka kemungkinan aku bisa membantumu, tapi ini hanya mau aku lakukan kalau Nisa juga setuju. Paham?”

“Pa-paham, Den! Jadi kamu mau ya? Kamu mau!? Kamu menikahi istriku? Hahaha! Makasih, Den! Makasih banyak! Aku telpon Nisa sekarang! Aku telpon dia!”

Gege lonjak-lonjak dengan senang dan menarik ponselnya dari dalam kantong. Ia langsung mencoba menghubungi Nisa untuk mengabarkan kabar dari percakapan denganku. Aku hanya senyum-senyum saja melihatnya. Senang melihat Gege yang selalu muram menjadi lebih bersemangat.

Aku hanya sekilas mengarahkan pandangan ini padanya, kemudian secepat mungkin ku alihkan buat menatap ke arah lain.

 

BERSAMBUNG CHAPTER 3

Pesona Annisa, Istri Sahabatku

Pesona Annisa, Istri Sahabatku

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: , Released: 2024
Karya ini, adalah hasil dari collaboration saya bersama suhu Killer Tomato.   Cekidot....   Dialah Nisa... Wanita cantik berhijab itu, kini tengah tertawa dan aku semakin tenggelam dalam pesona. Tapi yang lebih membuat aku kaget sebenarnya karena bagaimana dia bisa memancingku bercakap-cakap, biasanya aku akan malas meladeni dan memilih kabur dari percakapan. Tapi Nisa berbeda. Auranya menjebak dan membuatku tak ingin beranjak. Edan bukan? Orang se-antisosial diriku bisa nyaman ngobrol dengan Nisa sebegini mudahnya. Siapa yang menduga kalau bertahun-tahun kemudian aku akan bertemu kembali dengan Nisa setelah ia menikah dengan Gege dan punya dua orang anak… dan kali ini aku punya kesempatan untuk menikahi bidadari ini. Aku akan menikahinya… dan aku akan membuatnya jatuh ke dalam pelukanku. Aku akan menyetubuhinya tanpa henti.   Wahhh! What a supprise, bradaaaa....

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset