loader image

Novel kita

Pilihan Hati Anjani – BAB 1

Pilihan Hati Anjani – BAB 1

Malam Mencekam
67 User Views

Hujan gerimis disertai bunyi petir menyambar memecah keheningan malam. Suasana yang mencekam bagi Safitri, seorang wanita muda berusaha dua puluh lima tahun beserta bayinya yang masih berusia dua bulan bernama Ratih Anjani. Sebuah malam berdarah yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidup.

Terdengar suara letusan senjata api menerobos menghantam dinding rumahnya. Meluluhlantakkan perabotan dan apa saja yang mengenainya. Safitri sendiri saat ini masih meringkuk memeluk putrinya yang dia susui agar tetap tenang dan tidak menangis. Wanita itu memejamkan mata, bersembunyi di antara lemari dengan tubuh gemetar.

Dua pengawal yang sengaja diberikan suaminya untuk menjaga terlihat berjibaku. Sesekali mereka mencoba melawan dengan membalas tembakan ke arah luar rumah.

Safitri yakin, mereka berempat sudah terkepung di dalam rumah, ada seseorang yang berhasil mengendus keberadaannya saat ini. Mereka sengaja menyerang rumah saat suaminya tidak sedang berkunjung ke sana.

“Apa suamiku belum menerima kabar kita?” bisik Safitri kepada satu pengawal bernama Arman yang berada di dekatnya, menjaga keselamatannya.

“Belum, Nona. Sepertinya ada yang sengaja membuat tuan muda sibuk sehingga tidak mengangkat panggilan dari Anda,” jawab pengawalnya dengan suara berbisik juga.

Dor … Pyarrrr! Sebuah tembakan kembali melesat menerobos dinding bangunan rumah. Melesak mengenai jendela kaca hingga pecahannya memuncar ke segala arah.

Safitri menahan diri untuk berteriak, ia segera menunduk demi melindungi putrinya yang kembali menangis karena terkejut. Ia sangat panik menatap keadaan putrinya yang seolah tahu dengan apa yang sedang mereka hadapi. Bayi itu kembali menangis kencang.

“Ya Tuhan … tolong selamatkan kami,” ucap Safitri dengan bibir gemetar, memanjatkan doa seraya memeluk dan berusaha kembali menenangkan putrinya. Pikirannya semakin kalut, antara bisa selamat ataukah malam ini akan menjadi malam terakhir bagi dirinya juga bayinya.

“Kita harus cepat keluar dari sini, Nona,” ucap Pengawalnya memberi saran.

Pria tegap itu merasa tidak bisa bertahan di dalam rumah selamanya, apalagi ia merasa serangan malam ini semakin mencekam dengan beberapa anggota penyerang mulai mencari jalan masuk ke dalam rumah. Jumlah mereka tidak seimbang.

“Bagaimana kalau mereka benar-benar mengambil dan membunuh putriku?” resah Safitri dengan tangisan yang sudah sejak tadi ia tahan dengan sekuat hati, nyatanya tumpah juga.

“Saya bersumpah akan menjaga Anda dan bayi Anda dengan nyawa saya, Nona,” tegas pria itu menatap Safitri dengan sorot mata meyakinkan.

Safitri hanya bisa memandang pasrah nasibnya kepada pria yang siang malam selalu menjaganya itu, Safitri menahan tangisan agar tidak terdengar pilu. Masih ada anaknya yang harus dijaga.

Suara pintu yang terdapat di arah samping terbuka perlahan, pengawal lain bernama Joni yang berada di area lain mendengar suara derit lirih tertahan itu dengan ketajaman pendengarannya. Pria itu segera memasang wajah waspada dan sikap siaga menghadapi segala kemungkinan. Menjaga nona muda beserta bayinya sudah menjadi prioritas utama tugasnya.

“Siaga satu, over, arah jam tiga,” bisik Joni kepada rekannya, Arman, yang saat ini sedang bersama Safitri melalui ear piece yang menempel di telinga.

“Siaga, over,” jawab Arman dengan suara tegasnya.

Pengawal itu segera bergerak mengendap, punggungnya menempel pada dinding tembok dengan jemari tangan memegang erat pistol. Ia berusaha membidik dengan cermat, isi pelurunya terlalu berharga untuk disia-siakan kalau sampai meleset dari sasaran.

“Aku akan membawa keluar Nona, beri jalan, over,” lapor Arman membuat pria ini menghela napas serta berhenti bergerak maju.

“Nanti, akan aku beri aba-aba. Saat aku menyerang kau harus segera membawanya pergi. Tapi ingat, kita belum tahu berapa jumlah mereka keseluruhan, over!” perintah Joni mencoba mengatur strategi.

“Baiklah, aku menunggu. Bergegaslah, over!” pinta Arman lagi membuat pria itu menjadi gentar.

“Akan aku pancing mereka untuk berkumpul di sisi samping kanan rumah. Selamatkan nona muda dan putrinya lewat sisi kiri, jangan menoleh dan mengkhawatirkan lagi, over!” ucap Joni mulai bergerak sambil menundukkan kepala. Ia memilih untuk mulai mengintai dari sisi mana saja.

“Aku mengandalkan kamu,” jawab Arman, ia merasa tersentuh dengan pengorbanan Joni.

Joni segera bersiap membidik penyerang yang saat ini sedang mengendap di pintu samping.

Dor! Suara letusan yang berasal dari senjata api milik Joni kini melesak mengenai punggung pria yang mengendap hendak memasuki rumah. Pria yang menyelinap itu pun tersungkur jatuh ke tanah.

Beberapa tembakan beruntun sebagai pembalasan kini mengarah kembali kepada Joni. Tembakan itu mengenai tembok, jendela hingga berhasil menembus masuk ke dalam rumah hingga menghancurkan beberapa perabotan. Pengawal itu segera berguling untuk menyelamatkan diri. Tubuhnya bergerak mencari perlindungan dari serangan tembakan yang bertubi-tubi membalas ke arahnya. Dari lubang jendela Joni kembali mengamati pergerakan di luaran sana, ia khawatir kalau sampai ada yang berhasil menyelinap ke dalam. Suara rintik hujan juga membuat pendengarannya menjadi sedikit terganggu.

Setelah mengamati keadaan beberapa saat, Joni merasa yakin bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk keluar dari rumah ini. Dengan mengendap dan berguling lagi untuk pindah posisi, ia mengawasi semua ruangan. Cahaya tampak remang karena beberapa lampu hancur terkena tembakan.

Di tengah sikap waspada, pengawal itu merasakan ada bayangan hitam sekelebat datang. Pandangannya semakin fokus, matanya memicing mengamati situasi. Pengawal itu dengan siaga mengikuti langkah penyelinap yang sepertinya bergerak menuju tempat Safitri dan bayinya berada saat ini.

“Waspada, penyelinap datang, over!” bisiknya sambil menyembunyikan diri.

Pengawal itu mencoba membidikkan pistol, tapi langkah cepat dan minimnya cahaya mempersulit upayanya dalam menembak tepat sasaran. Peluru miliknya menipis, ia harus pandai menyimpan peluru yang akan ia gunakan nanti saat keadaannya terdesak saja.

“Nona dan bayinya sudah tenang, sebisa mungkin beri kami keamanan akses keluar secepatnya, atau kita semua tidak akan selamat,” pinta Arman yang masih menjaga nonanya dengan ucapan berbisik juga.

“Akan aku upayakan, jaga dirimu dan nona dengan baik. Aku akan memancing pergerakan mereka. Manfaatkan situasi pecah itu, over!” jawab Joni dengan berbisik.

“Jaga dirimu juga. Berikan kode saja, aku pasti akan paham!”

“Hem,” jawabnya sambil menganggukkan kepala kemudian mulai bergerak. Ia melangkah dengan taktis, berguling berlari dengan cepat. Semua kemampuan yang selama ini ia pelajari akan ia kerahkan malam ini. Ia akan menguji semua keahlian yang dipelajarinya serta memercayai keberuntungan.

Pria penyelinap itu bergerak dan mengendap dan yakin bahwa wanita yang dicarinya kini berada di dalam sana. Tangannya bersiap memegang handle pintu dan hendak membukanya, pistol di tangan pun juga sudah siap.

“Tidak akan kubiarkan lolos!” seru Joni sambil berlari secepat kilat, ia bergerak dengan gerakan melompat hingga menghantam kepala penyelinap itu dengan telak. Kedua pria itu sama-sama terguling, jatuh tersungkur.

Joni segera bangkit dan melayangkan serangan tambahan dengan menendang tubuh pria itu sebelum tersadar dan berbalik menyerang dirinya. Serangan cepat yang ia lakukan membuat pistol penyelinap terlempar jauh, membentur keras tembok hingga melesat jatuh dan berputar di bawah kolong sofa.

“Aughh! Sial,” pekik pria penyelinap saat tubuhnya terhempas ke lantai, badannya terasa berat untuk bergerak apalagi bangun. Darahnya mengucur dari pelipis serta sudut bibir. Pria itu mengusapnya dengan kesal.

Joni yang ikut jatuh terjerembap setelah menendang juga berusaha sekuat tenaga untuk bangkit lagi. Ia merasa tidak punya banyak waktu dan tenaga untuk meladeni pria ini, dengan cepat dia berguling untuk meraih pistol dan mengarahkan tepat ke tubuh pria itu sebelum pria itu berhasil lari dan lolos.

Joni pun meraih pelatuk pistol dan berhasil menembak tepat mengenai sang penyelinap hingga pria itu kini tersungkur dengan tubuh bersimbah darah.

Clear,” lapor pria itu kepada rekannya dengan napas tersengal.

Joni segera membuka pintu perlahan, tangannya menggantung ke atas kepala tanda menyerah. Bahkan saat masuk ke dalam ruangan, todongan pistol dari rekannya kini berada tepat di bagian keningnya.

“Ini aku,” bisik Joni sambil menahan napas.

“Cepat masuk!” ucap rekannya segera menarik cepat tubuhnya agar segera ke dalam.

Joni memandang Arman dengan perasaan lega sebelum akhirnya dia pun menjauhkan pistol dari tangannya. Ia pun mundur sambil memandang Safitri yang terlihat pucat, wanita itu memeluk putrinya yang tertidur lagi. Safitri sengaja merekatkan topi rajut hingga menutupi telinga agar bayinya tidak terkejut saat desingan peluru melesat lagi dan menghantam rumahnya.

“Sekarang, siapkan dirimu!” bisik Joni memberi akses kepada rekannya.

“Kau yakin?” ucap Arman gelisah.

“Kita tidak punya banyak waktu, sepertinya bala bantuan akan segera datang membantu mereka untuk menghabisi kita semua.”

Safitri segera mengangguk mengerti, dia tatap kembali bayi mungilnya dengan lelehan air mata. Merasa kasihan kepada bayi tidak berdosa yang harus merasakan kepahitan dan rentetan percobaan untuk melenyapkan dirinya malam ini. Dengan sekuat tenaga ia menguatkan diri menahan rasa takut.

“Nona, apa pun yang Anda lihat, terjang dan jangan menoleh lagi!” pesan Joni dengan wajah menguatkan.

Safitri mengangguk, ia hanya menurut saat pengawalnya memapah mencari jalan agar bisa selamat dari upaya pembunuhan terhadap dirinya malam ini.

“Anakku, Sayang. Kumohon, tetaplah kuat,” bisik Safitri memeluk tubuh bayi mungil itu dengan tekad kuat untuk menjaganya dengan nyawa sekalipun.

Pilihan Hati Anjani

Pilihan Hati Anjani

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Anjani tumbuh besar di lingkungan keluarga Kusuma yang kaya raya dan terisolir. Sejak berusia lima tahun ia sudah menjadi pelayan termuda dalam keluarga tersebut setelah ditebus dari sekelompok rentenir. Anjani tidak pernah tahu mengenai asal usulnya. Selama ini ia hanya mengetahui sekelumit kisah cerita bahwa orang tuanya dikejar rentenir hingga hidupnya harus dihabiskan di rumah keluarga Kusuma sebagai jaminan utang. Namun, kedatangan putra kedua keluarga Kusuma bernama Arjuna yang hidup sejak kecil di luar negeri membuka babak baru kehidupan Anjani. Masalah pun muncul dalam tugas keseharian, selain harus berurusan dengan putra tertua dari keluarga itu bernama Ambara. Rahasia besar yang disembunyikan keluarga sempurna nan kaya raya itu pun terkuak perlahan hingga masa depan Anjani turut dipertaruhkan. Sebuah jalinan cinta segi tiga yang membuat mereka harus belajar untuk merelakan sekaligus memaafkan. Ikuti kisah perjalanan hidup Anjani dalam memaknai cinta dalam judul Pilihan Hati Anjani selengkapnya.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset