loader image

Novel kita

SENIOR JUNIOR – BAB 1

SENIOR JUNIOR – BAB 1

BUKAN LAMARAN ARDHAN
78 User Views

Perjalanan menuju ke Puncak masih panjang, Ardhan masih asyik mengetik di tablet apple kesayangannya. Hari ini Ardhan dan keluarga menikmati liburan akhir tahun di Puncak, Tante Sabrina sudah pesan villa di daerah Cipanas. Memang liburan tahun ini spesial, mereka akan menikmati liburan sekaligus merayakan ulang tahun sepupu Ardhan.

“Abang gimana kuliahnya? Lancar?” tanya Tante Sabrina sambil menikmati teh kotak.

Ardhan nebeng di mobil Tante Sabrina berangkat duluan di hari Jum’at malam. Keluarga yang lain akan menyusul di hari Sabtu pagi jam 04.00 pagi.

“Alhamdulillah lancar.” jawab Ardhan tersenyum.

“Kalau lulus nanti kerjanya di perpustakaan dong.” Anita masih asyik foto pemandangan jalan tol.

“Nggak juga, Nit. Kerja dimana saja bisa, asalkan menguasai ilmunya.” ucap Ardhan memandang wajah Anita.

“Mau makan dimana, Bang?” tawar Om Andhika tersenyum.

“Makan dimana aja yang penting enak.” ucap Ardhan tersenyum sambil menikmati cimory susu uht rasa hazelnut.

“Bang, gimana hubungan Bang Ardhan dengan Kak Adinda?” bisik Alina.

“Kok nggak bilang-bilang abang punya pacar. Cantik nggak?” Anita yang menatap tajam ke arah Bang Ardhan.

“Kuliah yang bener dulu, Bang. Pacaran nanti dulu.” pesan Om Andhika.

“Iya, Om. Lagian abang sama dia nggak akan macam-macam kok.” jawab Ardhan tenang.

“Jadi kapan mau dibawa ke keluarga?” canda Tante Sabrina disusul tawa yang lain.

“Tahun depan, Tan.” ucap Ardhan asal.

Sampailah mereka di rest area, Tante Sabrina, Ardhan dan Om Andhika bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib sedangkan Alina dan Anita menunggu di mobil karena sedang halangan. Setelah Ardhan melaksanakan shalat, ia mendapatkan telepon dari sepupunya.

“Bang, bilang ke Om kita makan di Solaria. Maag Anita kambuh, dia gaya-gayaan diet padahal punya penyakit maag.” 

“Iya Alina Sayang. Abang kesana ya, sama Om Andhika.” 

“Apaan tadi aku nggak dengar.” 

“Aku kebelet pipis, aku ke toilet dulu ya..” 

“Iya, abang ganteng.”

“Apa Lin, nggak kedengeran.” 

“Cepet, nasi goreng keburu dimakan sama Anita.” 

Ardhan sudah berada restoran Solaria, sesampainya di meja makan betapa terkejutnya sudah banyak makanan dan minuman tertata rapih di meja makan.

“Ayo, Bang makan” ucap Tante Sabrina sambil memberikan piring dan nasi.

“Bang, nanti ketika ulang tahunku Abang nyanyi ya..” mohon Alina tersenyum.

“Ogah, mending aku nyanyi di kolong jembatan daripada di ultah Alina Ratu Julid.” ucap Ardhan ketus.

“Suara Abang kan bagus, yok nyanyi daripada aku buang kopernya ke laut merah.” Alina mulai kesal dengan kakak sepupunya.

“Justru nyanyi di kolong jembatan yang gak jelas, disangka orang Bang Ardhan gila.” Bunda menyenggol lengan Alina.

“Alina, kalau omong dijaga, minta maaf ke Bang Ardhan.” perintah Om Andhika.

“Aku minta maaf ya, Bang.. Sebagai permintaan maaf aku traktir Mixue mau gak?” ucap April tersenyum.

“Boleh, aku sudah maafkan. Oh iya, belikan juga ya untuk Adinda.” April hanya mengiyakan permintaan Ardhan.

“Baiklah, kalau gitu bantu aku untuk menembak Adinda ya..” Alina dan Anita bingung dengan ucapan Ardhan barusan.

“Bukannya kalian sudah resmi pacaran?” tanya Alina bingung.

“Maksudku bantuin aku merayakan 7 tahun anniversary hubungan kami berdua.” jawab Ardhan memohon.

“Memang malam ini perayaan 7 tahun anniversary  hubungan Ardhan dan Adinda. Tante, Alina dan Anita yang menyiapkan semuanya.” Ardhan kaget dengan perkataan Tante Sabrina.

“Kok aku baru tahu ya?” Alina dan Anita menatap heran ke Ardhan.

“Abang beneran nggak tahu apa-apa?” tanya Alina memastikan.

“Tidak, Lin. Aku malah baru tahu kalau Adinda membuat kejutan untuk perayaan 7 tahun anniversary.” jawab Ardhan menatap Tante Sabrina tak percaya.

“Ini bukti chat Tante dengan Adinda.” Ardhan membaca semua isi chat dan benar mereka merencanakan sesuatu.

“Ya Allah tempatnya bagus banget, ini beneran acara perayaan 7 tahun wedding Bang Ardhan?” Seluruh keluarga yang berada di mobil tertawa mendengar perkataan Alvaro.

“Bukannya pernikahan, melainkan perayaan hari anniversary.” jawab Anita masih tertawa.

“Tapi ini hari pernikahan, Kak. Coba Kak Anita perhatikan lagi lima foto tersebut, benar-benar sudah perayaan pernikahan.” Tante Sabrina hany tersenyum kecil melihat tingkah laku anak dan keponakannya.

“Sebenarnya Tante juga kaget, karena Adinda tidak membahas dekorasi kepada Tante. Dia cuma minta tolong ke Tante untuk buatkan tiga makanan favorit Ardhan.” Tante Sabrina memberikan kode kepada Alina dan Anita untuk tidak memberitahu.

“Emang apa makanan yang kalian berdua buat?” tanya Ardhan penasaran.

“RAHASIA!!!” jawab Tante Sabrina, Alina, dan Anita kompak.

__________________________________________

Pagi hari Alina sedang melihat Ardhan sedang melakukan gym dengan keadaan telanjang dada. Pengorbanan Ardhan untuk sixpack berhasil, selama tiga bulan ia menjaga pola makan dan selalu olahraga. Tak heran banyak cewek cantik yang mau menjadi pacar, tapi dari seribu cewek Adinda Raqilla Faesya Permata yang dipilih oleh Ardhan sebagai pacarnya.

Hubungan Adinda dengan Adinda sudah mendapatkan lampu hijau dari sang bunda. Bunda Ardhan dengan Mama Adinda sudah kenal sejak duduk di bangku sekolah, tak heran hubungan keduanya sudah direstui oleh kedua belah pihak. Ketika sedang asyik gym, handphone boba Ardhan berbunyi sangat kencang. Tertulis nama sang pacar, ia langsung angkat video call dari Adinda.

“Hallo, Sayang aku lagi di Puncak. Aku boleh susul kamu ke villa? Kebetulan tadi Bunda kamu membolehkan aku ke sana.”

“Bukannya kamu lagi di Bali?”

“Itu postingan lama aku, Dhan. Aku sudah di jalan nih, sama mama, papa, dan keluarga.”

“Mau ngabesan ya? Pakai acara meriah banget sudah kayak mau resepsi pernikahan.” 

“Masa kamu nggak tahu, hari ini kakakku lamaran. Bunda nggak kasih tau?” 

“Bukannya acara hari jadian kita?”

“Iya, acaranya digabung. Itu permintaan mamaku.”

“Mulai jam berapa?” 

“Jam 19.00 malam, hanya keluarga saja. Palingan teman-teman kakakku beberapa orang saja.” 

“Nggak ada dresscode?”

“Sudah dipersiapkan oleh mamaku dan kakakku.” 

“Oh gitu, emang kapan lamarannya?”

“Nanti malam, makanya mamaku mau kasih baju untuk nanti malam. Karena acaranya menggunakan adat istiadat Minang.” 

“Ukur baju untuk pernikahan kita?”

“Apaan sih, nggak lucu.”

“Emang aku ngelawak ya?” 

Seketika, handphone direbut oleh sang kakak. Kak Shireen.

“Ardhan, semalam Alina mimpi nikah di pelaminan sama kamu…”

“Ardhan… jangan dengerin omongan Kak Shireen. Dia lagi stress.”

“Mau dihalalin kapan, Pril?” 

“Gimana nanti kalau kita jalan-jalan ke Taman Bunga Nusantara. Aku pengen foto prewedding disana…”

“Serius kamu mau foto prewedding disana?” 

“Maaf keceplosan, Sayang. Maksud aku mau ikut foto prewedding Bang Andrian dengan Kak Shireen.” 

“Yang benar kamu mau aku halalin, nanti aku hubungi pihak KUA nih.”

“Ajak semua keluarga kamu ya.” 

“Rusuh tahu kalau keluargaku ikut. Aku nggak bisa romantis dong sama kamu.”

“Ya sudah kalau kamu nggak mau ajak keluargamu, berarti Ardhan ganteng harus traktir aku sebulan makanan dan barang.” 

“Iya, aku akan ajak. Emang kapan?”

“Besok berangkatnya pagi loh jam 07.00 nanti malam dikasih tahu kok. Oh iya, Bang Ardhan, jangan lupa bilang ke bunda, Mama Cantik sudah menuju ke villa. 

“Siap, Calon Mama Mertua.”

Panggilan video call sudah berakhir, Alina dan Anita yang sedari tadi nguping dari balik tempat gym langsung mengkagetkan kakak sepupunya.

“Ya Allah, ngapain kamu disini, Adinda?.” ucap Ardhan tersenyum.

Alina dan Anita tertawa mengira mereka berdua adalah Adinda, ternyata dugaan Ardhan salah.

“Ngapain sih, kalian disini?” Ardhan kesal dengan kehadiran dua sepupunya.

“Emang gak boleh ya kita nguping pembicaraan calon suami istri?” Alina dan Anita tertawa geli.

“Apaan sih nggak jelas” Ardhan tersenyum sinis kepada Alina dan Anita.

“Kita pergi saja yuk, Kak. Sepertinya tanduknya sudah mulai keluar.” ucap Anita tertawa kecil.

“Mending kita pilihin baju yang cocok untuk Bang Ardhan. Nanti malam kan acara ketemuan dengan keluarga besar Kak Adinda.” bisik Alina.

“Kedengeran kok suara kalian.” ucap Ardhan masih fokus push up.”

“Aku pilihin baju ya, yang cocok untuk ketemu Kak Adinda ya.” Alina dan Anita sibuk mencari baju yang cocok dikenakan oleh Ardhan.

“Astagfirullah, Alina, Anita ngapain sampai bawa koper dua? Kita gak akan lama disini.” Ardhan merasa kesal dengan dua sepupunya.

“DIAM!!! BANG ARDHAN tunggu disitu!!.” ucap Alina dan Anita berbarengan.

“Kalau aku nggak mau gimana?” Ardhan masih dalam pendiriannya menolak tawaran dari dua sepupunya.

“Harus mau dong, kalau nggak mau aku bisa laporin ke Adinda.” ucap Alina menatap tajam ke arah Ardhan.

“Iya, iya, awas aja kalau sampai nggak bagus. Aku nggak segan-segan untuk mengusir kalian berdua.” ancam Ardhan kepada kedua adik sepupunya.

“Siap, Bossque. Tenang aja kita pilihin baju yang cocok.” Ardhan hanya bisa pasrah mendengar celotehan kedua sepupunya.

***

Ardhan sudah berada di kamar villa Alina dan Anita. Ia kaget melihat Adinda, sang pacar sedang menonton film di kasur dengan laptop macbooknya.

“Sayang, kamu ngapain disini? Sejak kapan kamu datang?” tanya Ardhan heran.

Tak ada jawaban dari Adinda, hingga akhirnya ia menghampiri pacarnya dengan cara mengambil earphone di telinga kiri.

“Ya Allah ada setan.” teriak Adinda hingga semua keluarga menghampiri kamar Alina.

“Mana setan, Din? Biar Tante Sabrina usir, takut dia kalau sama Tante.” ucap Tante Sabrina disusul tawa yang lain.

“Oh ternyata kamu, Sayang. Aku pikir tadi yang ambil earphonenya setan.” Semua keluarga kembali ke aktivitas mereka masing-masing.

“Lagian ngapain sih kamu disini?” tanya Ardhan duduk di sofa kamar villa Alina dan Anita.

“Aku lagi nonton film.” jawab Adinda masih fokus nonton. Kali ini ia tak memakai earphonenya.

“Emang mau ngabesan pakai keluarga?” Alina dan Anita ikut nimbrung melihat Adinda dan Ardhan sedang nonton.

“Jadi bunda kamu, mamaku, punya geng yang beranggota lima orang. Namanya, Om Andre. Dia menjodohkan anaknya dengan kakakku. Jadi Kak Andrian adalah anak satu-satunya Om Andre dari pernikahan pertamanya. Om Andre memiliki tiga istri, dua istrinya meninggal karena sakit dan kecelakaan. Istri ketiganya satu anak perempuan  dari pernikahan sebelumnya. Namanya, Sherly. Kak Sherly sudah menikah dan saat ini tinggal di Turkey.” ucap Adinda tersenyum.

“Papanya Kak Sherly kemana?” tanya Alina dan Anita kepo.

“Sampai sekarang nggak tahu, tidak ada kabar.” jawab Adinda tersenyum.

“Ingat ya jangan ada cerita tentang ini kepada siapapun. Aku tahunya dari Kak Sherly dua hari lalu.” perintah Adinda tegas.

“Oke, Kak. Tapi, harus ada pitihnya dong.” Gaya Anita membuat Adinda kesal.

“Nanti tahun depan.” ucap Adinda tersenyum lebar.

“Mau aku telepon Kak April?” Ardhan dan Alina langsung melotot ke arah Anita.

“April siapa?” tanya Adinda bingung. Ardhan hanya terdiam seribu kata.

“Oh maksud Anita kucing kita ulang tahun di bulan April, makanya sering disebut Kak April gitu.” Hampir rahasia terbongkar.

“Nah iya, betul tuh kucing kita lahir di bulan April, Kak.” Anita memberikan kode mantap.

“Kalian nonton film apa?” tanya Alina mengalihkan pembicaraan.

“Nonton film Sabrina.” Ardhan dan Adinda tertawa kecil.

“Apanya yang lucu?” Alina dan Anita tersenyum sinis.

“Nggak.” jawab Ardhan dan Adinda kompak.

“Kalian mau lihat Sabrina, mamaku aja. Kalau marah sudah seperti boneka Sabrina, tatapan matanya sudah mirip.” Tante Sabrina menjewer telinga Alina.

“Sakit tau Anita.” Ketika Alina menengok ke belakang, Tante Sabrina datang dengan wajah kesal.

“Benar ya sudah mirip boneka Sabrina.” bisik Adinda kepada Ardhan.

“Diam kamu.” perintah Ardhan dengan suara pelan.

***

Malam pun tiba, mereka sudah sampai di villa milik keluarga April. Villa dengan memiliki halaman yang luas sekitar 15 hektar. Sesampainya keluarga Ardhan sampai di villa tersebut sudah disambut oleh tarian dari tanah Aceh. Memang keluarga Bang Andrian dari Aceh dengan gelar bangsawan. Tapi, sayangnya kelak anaknya tidak bisa mendapatkan gelar Teuku dari ayahnya.

Mereka semua memasuki lokasi acaranya yang digelar di halaman villa dengan nuansa warna gold. Banyak bunga-bunga terpanjang di lokasi pesta. Acara lamaran dimulai, Ardhan dan seluruh tamu undangan yang hadir terdiam menikmati acara.

“Kak, kok pengantinnya bukannya pakai adat Minang? Kok pakai dress warna gold?” bisik Tante Sabrina kepada April.

“Yang pakai baju adat keluarga, Tan.” ucap April tersenyum.

“Cantik banget loh, aku jadi pangling.” komentar tamu undangan.

“Iya, dulu padahal Andrian dengan Syifa sudah mempersiapkan pernikahan, sudah sewa gedung, makanan sudah dipesan, ternyata Syifa hamil di luar nikah.” ucap salah satu ibu muda.

“Jangan dengerin omongan mereka, memang mereka adalah keluarga yang sangat tidak menyukai keluarga mama dan papa.” bisik April.

“Iya, santai saja.” Tante Sabrina fokus kembali ke acara.

Setelah 30 menit acara, lamaran sudah selesai. Saatnya para tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan.

“ANDRIAN.. Selamat ya akhirnya kamu menikah juga.” ucap seorang wanita menghampiri laki-laki dengan balutan dress warna hitam.

Wanita itulah yang dibahas oleh ibu muda tadi, Syifa namanya. Mantan pacar Andrian. Kehadiran Syifa membuat semua keluarga Andrian menatap sinis ke arah perempuan dress warna hitam.

“Terima kasih, Syifa, makasih kamu sudah mau datang.” ucap Shireen tersenyum.

“Sama-sama, Kak. Tolong jagain dia ya, jangan pernah tinggalin.” pesan Syifa.

“Siap, aku akan jagain Andrian, Kak.” Syifa dan Shireen saling berpelukan.

“Kamu sama siapa?” tanya Syifa dan Andrian berbarengan.

“Iyalah yang sudah mau menikah, harus kompak.” Syifa tertawa kecil.

“Aku sama April, sepupuku. Kebetulan orang tuanya April sedang berlibur di villa keluarga papanya. Evan gimana kabarnya? Dia sudah menikah?” Syifa dan Shireen saling tersenyum.

“Sebentar lagi dia mau lamaran, datang ya..” ucap Syifa tersenyum.

“Aku nggak bisa lama-lama karena besok pagi sudah balik lagi ke Bandung. April sekarang tinggal di Tangerang, Bintaro tepatnya.” pamit Syifa berpelukan sekali lagi.

“Memang ya CEO beda, sibuk banget. April masih pacaran sama Ardhan?” Seketika Ardhan kaget dengan perkataan Shireen.

“Sudah dua tahun yang lalu. Sekarang kan April sedang sendiri fokus untuk jadi dosen. Aku tahu hubungan mereka, karena April sering curhat. Orang tuanya tidak merestui hubungan mereka karena masih banyak keluarganya yang beragama Katolik.” Tante Sabrina dan semua keluarga kesal dengan Syifa. Mereka menatap tak suka kepada April.

Ardhan mendekati April yang sedari tadi duduk di kursi panjang taman.

“Kamu ngapain sih pakai datang? Syifa kakak sepupumu menceritakan tentang hubungan kita.

“Ya ampun, Kak Syifa.. maaf ya aku nggak dengar lagi nonton drakor.” ucap April berbohong.

“Terus gimana dong?” Ardhan terlihat panik.

“Tenang serahkan semuanya kepada aku, urusan Kak Syifa aku minta maaf. Aku coba untuk bicara pelan-pelan ya..” mohon April tersenyum.

“Nanti kita ketemuan ya. Sekarang kamu kembali lagi kesana. Semua keluarga curiga lagi.” perintah April.

“Baiklah.”

***

Bersambung… 

Terima kasih sudah mampir baca cerita ini..:):)

Salam hangat dari

matcha~latte

_Laki-laki penyuka jajanan pinggir jalan_

SENIOR JUNIOR

SENIOR JUNIOR

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
"Tuhan, aku sangat mencintai April, dia bagaikan bidadari jatuh dari khayangan.."  "Tuhan sampai kapan aku memendam rasa ini?? Sudah lama aku mencintai dia.."  "Tuhan, aku ingin menikah dengan dia, karena April wanita unik yang belum pernah aku temui di dunia ini.." "Bagaimana cara aku mencintai dia? Dan, bagaimana cara aku mengungkapkan isi hatiku kepada Adinda, jika wanita yang aku cintai adalah April?  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset