loader image

Novel kita

Senja di Pondok Pesantren – Bab 1

Senja di Pondok Pesantren – Bab 1

Bab 1
737 User Views

Andai aku tak buat masalah semalam, mungkin saja kejadian hari ini tak akan pernah terjadi. Andai aku bisa menghindarinya, mungkin saja aku tak akan sampai menginjakkan kaki di kampung ini yang jauh dari hiruk pikuk keramaian dan kesenangan seperti di ibu kota sana.

Hadeh….

Ini nih, kalo masih menyandang status bajingan. Hidup bergelimpangan harta bukannya memanfaatkannya demi kebaikan semata, ini malah ku manfaatkan untuk semakin memperkuat posisiku sebagai pemimpin di club mobil yang ku dirikan bersama sahabatku, Andri. Dan sekarang, semua tertinggal hanya kenangan.

Malam itu, aku bersama beberapa anggota club mobil Jeep yang ku dirikan, baru saja terlibat cekcok dengan club mobil SUV premium yang di dirikan oleh si Sofyan, yang pada akhirnya mengharuskanku turun tangan untuk menunjukkan taring di hadapan Sofyan dan geng nya, yang memang selama ini menjadi saingan kami.

Aku dan Andri sebagai pentolan club tak membiarkan satu orang pun lawan kami keluar dari arena pertempuran tanpa terluka sedikit pun. Dengan kemampuan bela diri yang ku latih sedari kecil, membuatku dengan mudah menyerang, mengelak dan melakukan aksi gebuk-gebukan kala itu. Meski kondisiku juga gak bisa di bilang bersih. Aku juga terkena beberapa luka baik itu sabetan pisau maupun kena hantaman stick baseball.

Alhasil kami semua berakhir di kantor polisi.

Dengan kemampuan bokap dan keluarga kawanku maupun lawan, yang memang berasal dari keluarga berada, akhirnya kami pun melakukan aksi – Atur damai – di kantor polisi. Pada akhirnya, setiap orang pun menandatangani surat pernyataan akan tidak mengulangi perbuatan kami, keributan yang sama yang dapat meresahkan masyarakat setempat.

Aku pikir, sampai sini sudah selesai.

Rupanya aku salah.

Bokap membawa masalah ini sampai ke rumah.

Beliau murka sejadi-jadinya.

Aku juga tak mau melawan perintah bokap, kalo gak mau aku di coret dari kartu keluarga. Yang tentu saja akan mengeluarkanku dari calon pewaris tunggal kekayaan bokap yang sedari mudanya telah ia bangun dengan tangan dinginnya sendiri.

“Arga…. kalo kamu tidak mau mengikuti aturan yang ayah buat, maka silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini, dan besok, kamu akan resmi ayah coret dari kartu keluarga. Paham?” Ayah yang murka karena telah kehabisan kesabaran akhirnya di hadapan ibuku, dia sempat menghajarku. Meski aku bisa mengelak, meski aku bisa menahan setiap pukulan yang di berikannya padaku, tapi bagaimana pun dia adalah ayahku. Satu-satunya pria yang amat sangat ku hormati.

“Ayah… sudah yah, kasian Arga” ibu sempat membelaku. Tapi tak menyurutkan emosi ayah kala itu.

“Sudah… ayah sudah memutuskan, ayah akan mengirimmu ke Kyai Ahmad. Biar kamu bisa menjadi anak yang berguna. Biar kamu tidak membuat masalah lagi nantinya”

“Oh tidak…. jangan yah. Kasian Arga” ibu memohon.

Tapi, aku malah berfikir nama yang di sebutkan ayah barusan.

Kyai Ahmad?

Adalah sosok yang sangat di hormati ayahku. Bagaimana mungkin tidak, sosok itu adalah sosok yang merubah 180 derajat hidup ayahku dari yang dulunya bajingan sama sepertiku, berubah menjadi orang yang taat agama. Serta, dari kyai Ahmad lah, ayah akhirnya belajar untuk memulai bisnisnya sendiri. Hanya sedikit saja yang ku ketahui tentang cerita tersebut.

“Tidak. Pokoknya ayah sudah putuskan, akan mengirimnya ke kyai Ahmad. Titik!” keputusan bokap sudah sangat bulat. Aku hanya menarik nafas dalam-dalam, serta menahan rasa sakit bukan hanya sakit di luar, melainkan sakit dalam hati juga.

Akhirnya, petualanganku berhenti sampai di sini. Akhirnya, kehebatanku yang selama ini ku tunjukkan ke dunia, akhirnya berhenti total. Karena apa? Karena aku akan di kirim ke neraka kehidupan.

Meski mayoritas orang akan mengatakan, tempat kyai Ahmad adalah tempat buat orang-orang suci. Tapi bagiku, adalah neraka kehidupan.

Masa iya, seorang jagoan sepertiku harus berakhir di sana sih?

Kalian tahu tempat apa yang maksudkan ayahku? Pondok pesantren, bro!

Biji! Bagaimana mungkin aku bisa menjalani hidup di sana, sedangkan jiwa mudaku masih bergejolak dalam sana. Lalu, bagaimana hingar bingar dunia malam yang amat sangat ku gemari selama ini? Tidak mungkin kan ku dapatkan di tempat itu, bukan?

Lalu, bagaimana para bidadari pesolek liar yang sering memanjakan si otong selama ini? Apakah kan ku dapatkan di sana juga? Sepertinya tidak. Karena di sana, sarangnya bidadari-bidadari calon penghuni surga. Aku yakin.

Tak mungkin ada wanita cantik di sana. Apalagi sampai menjajakkan tubuhnya untuk di nikmati oleh pelanggannya?

Ahhhh! Tapi sungguh, aku tak punya pilihan sama sekali saat ini. Semua sudah di putuskan oleh ayah, dan apabila aku memberontak, maka dapat di pastikan aku akan kehilangan segalanya.

Dan dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya, akhirnya akupun di antar bersama ayah ke tempat ini. Tempat yang akan menjadikanku sebagai orang yang akan meninggalkan dunia gelap dan akan menjadi sosok yang beriman. Semoga saja aku bisa survive di sini. Hadehhh!

Angker coeg! Sumpah. Rasa-rasanya aku ingin kabur saja sekarang, kabur dari semuanya. Tapi, apakah aku mampu? Apakah aku mampu hidup tanpa bergelimpangan harta? Apakah aku mampu menjalani hidup di luar sana sebagai gembel?

Aku rasa, aku belum siap untuk itu. Maka, aku memang mau tak mau harus berada di sini.

Oh iya, hampir lupa. Aku belum memperkenalkan diri ya? Baiklah, namaku Arga Pramudya. Umurku, tahun ini genap 20 tahun. Di umur seperti ini, tentu jiwa mudaku semakin bergejolak, semakin ingin berpetualangan di luar sana. Namun, semuanya harus ku kubur saat ini, dan entah kapan aku bisa terbebas dari neraka yang di ciptakan bokap untukku.

Dan inilah kisahku….

Kala senja di Pondok Pesantren………………..

 

Bersambung Bab 2

Senja di Pondok Pesantren

Senja di Pondok Pesantren

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Andai aku tak buat masalah semalam, mungkin saja kejadian hari ini tak akan pernah terjadi. Andai aku bisa menghindarinya, mungkin saja aku tak akan sampai menginjakkan kaki di kampung ini yang jauh dari hiruk pikuk keramaian dan kesenangan seperti di ibu kota sana. Harus menjalani hidupku setelah hari ini, di sebuah tempat para pemuja perindu surga. namun, tidak bagiku. Aku di sini, ku anggap hanya sebagai liburanku saja. titik! Tapi.... Nyatanya aku salah. Aku malah terperangkap di sini, karena bidadari-bidadari perindu surga di tempat ini, jauh lebih mempesona di banding para pesolek liar di luar sana. Well! inilah kisahku…. Kala senja di Pondok Pesantren………………..

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset