“Katanya ngga mau makan malam diluar?” Suara Jeffrey mengagetkan Sakura yang tengah menyantap makan malamnya disebuah kedai udon yang begitu ingin ia datangi saat pertama kali menginjakkan kakinya di Tokyo beberapa hari yang lalu.
“Eh?! Ko kamu disini sih?” Tanya balik Sakura yang makin kaget ketika Jeffrey kini duduk didepannya. “Banyak tempat duduk disana kenapa juga duduk disini.” tambahnya kesal.
Yang ditanya juga ikut mengacuhkan, kini netra Jeffrey sudah berpindah pada Alea yang duduk disamping Sakura “Hai Alea, masih ingat sama Om?”
“Hai Om baik.” Sapa Alea singkat karena mulutnya masih penuh dengan bento kesukaannya. “Ini buat Om, aaa~” Alea menyodorkan satu udang tempuranya ke Jeffrey menggunakan tangannya.
Jeffrey berdiri dan sedikit membungkukkan badannya untuk menerima suapan dari Alea. “Mmmm enak! Terimakasih sweety. Sepertinya Om akan memesan makanan yang sama kaya Alea aja deh” ocehnya setelah menghabiskan udang dimulutnya.
“Ih jangan. Ini untuk anak kecil aja. Om udah besaaal, pesannya sama kaya Tante Sasa aja. Iya kan Tan?” Alea meminta persetujuan dari tantenya yang terlihat sudah mulai kesal hanya dengan kehadiran Jeffrey tadi.
Hanya senyuman singkat yang Sakura beri sebagai jawaban untuk Alea.
“Sa,”
“Mmm”
“Marah banget ya kamu sama aku?”
“Mmm”
“Tadi aku ditelfon sama Sungchan buat bahas acara besok, ada papa Alea juga karena ada beberapa dokumen yang belum aku tanda tangan buat kontrak kerja yang lain. Tadinya mau meeting di resto hotel tapi ngga tau kenapa dadakan pindah kesini. Tadi meetingnya juga di ruang privat, makanya ngga tau kalo ternyata kamu disini.”
”Ooh”
“Gitu doang?” Jeffrey yang sebelumnya antusias menjelaskan alasannya ada disana seketika melengos dan menyandarkan punggungnya ke kursi dengan malas.
“Ya emang harusnya aku jawab apa?”
“Ya apa gitu, ga harus oh aja kan?”
“Ya terus harusnya jawab apa Tuan Jeffrey?” tanya Sakura menatap orang didepannya.
“Udah udah. Jawab aja pertanyaan aku tadi, kenapa kamu jadinya makan diluar? Bukannya mau pesan antar?”
“Papa Alea ajak makan keluar, ya udah aku minta kesini aja.”
”Ooh jadi kamu yang mau makan disini sampai-sampai meeting tadi dipindah.”
”Ya tanya aja sama papa Alea kenapa mau makan disini.” Jawab Sakura asal dengan mulut yang masih mencoba menikmati udon yang terasa tak selezat tadi sebelum kedatangan Jeff.
“Tante, kenapa sih tante malah-malah telus sama Om itu. Ditaman juga pas Alea jatuh. Tante kenapa jadi galak?” Tanya Alea tiba-tiba.
“Iya, kenapa ya Tante Sasa galak sama Om. Padahal Om kan ngga jahat ya?” Jeffrey mengadu manja pada Alea. Sakura hanya memutar bola matanya malas,.
“Tante, Omnya baik loh. Bantuin Alea juga pas jatuh. Tante ngga boleh galak-galak. Nanti Tante ngga punya teman loh. Iya kan, Om? Kaya Sahi, Sahi ngga punya teman juga soalnya suka malah-malah. Galak. Aku ngga suka sama Sahi.” Alea masih membela Jeffrey yang membuat Jeffrey merasa diatas awan.
“Lea, gimana kalau ternyata Om itu sebetulnya kaya Sahi. Makanya tante ngga suka sama dia? Dia itu galak, Lea. Percaya deh sama tante.” Sakura membela diri.
“Nama Om, Jeff. Bukan om itu. Inget ya Lea. Tante Sasa nih suka ganti nama orang ya?”
Mata Alea memicing kearah Jeffrey meminta jawaban atas pernyataan Sakura. “Ngga Alea, Om ngga galak. Bener deh, buktinya Om bantuin Alea waktu jatuh, tadi juga nyapa kalian dulu kan?”
“Hhhhh, om sama tante kaya anak kecil. Belisik belantem telus. Ngga ada yang mau kalah. Yaudah om sama tante pindah dulu sana ke meja lain. Kalau sudah belbaikan balu kesini lagi. Kalian kaya anak kecil.” Sakura dan Jeffrey kompak melotot kearah Alea. Kaget dengan jawaban tak terduga darinya.
“Alea siapa yang ngajarin kaya gitu, heh?” Tanya Sakura sedikit penasaran.
“Mama. Kalau Lea sama Sahi belantem pasti Mama sama tante Nia bilang kaya gitu.” Jawab Alea santai sambil mengunyah makanannya. “Udah sana pindah dulu tante sama om.”
Sontak Jeffrey juga Sakura diam tidak melanjutkan adu pendapatnya. Sedikit senyum tak percaya terukir di bibir keduanya. Anak sekecil Alealah yang berhasil membuat mereka terdiam, kalah telak.
“Alea, besok mau main ngga sama om di Disneyland? Seru loh.” Suara Jeffrey memecah keheningan.
Alea menghentikan aktifitas mengunyahnya, “Sama tante Sasa juga?”
“Iya dong, pasti”
“Jangan sembarangan deh, Jeff. Besok itu kerja bukan main.”
“Tapi aku mau, tante. Boleh ikut kan?”
“Nanti kalo tante libur kerja, kita main kesana ya. Besok tante kerja dulu. Om itu juga besok kerja. Nanti Alea main sama siapa?” Terang Sakura.
Alea terdiam mengatupkan bibirnya rapat. Mata bulatnya terlihat mulai memerah menahan dengan erat agar air matanya tidak tumpah. Hidung mungil itupun mulai kembang kempis memerah diujungnya.
“Kamu sih Jeff, udah tau besok kerja malah ajak main anak kecil.” Sakura melotot ke arah Jeffrey.
Jeffrey dengan rasa tak bersalahnya berdiri dan menghampiri Alea yang masih berusaha kuat agar tidak menangis. Dia betulan ingin mengajak Alea kecil bermain di Disneyland. Bukan hanya bualan semata.
“Alea sayang, nanti om yang minta ijin ke papa ya biar besok Alea ikut ke Disneyland. Alea tungguin om sama tante kerja dulu mau? Ngga lama kok, nanti selesai kerja kita maiiinn. Mmm ada eskrim enak juga loh disana. Mau?”
“Jeff!”
“Aku yang minta ijin nanti. Tenang aja.”
”Kata siapa aku mau gabung besok? Kita cuma kerja ya, inget.”
”Sa, jangan lupa. Jadwal kamu besok full sampai aku ke hotel lagi.”
“Jeff, profesional sedikit bisa kan?”
”Aku profesional, itu memang tugas kamu buat standby kapan saja aku butuh kamu. Cek aja di kontrak.”
“Tanteee jangan belantem lagiiii… huaaaaa….” akhirnya pecah tangis Alea digendongan Jeffrey. Anak itu menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Jeffrey sejak tadi agar tidak terlihat air matanya yang mulai mengalir. Tapi pecah juga saat dua orang didepannya beradu pendapat lagi.
“Cup cup cup, Maafin tante Sasa ya, kayanya tante masih capek baru pulang kerja ya.” Tenang Jeffrey sambil menepuk pelan punggung Alea.
“Iya tante Sasa pasti capeekkk. Abisnya dibawa om telus jadi ngga pulang-pulang. Makanya aku mau ikut besok, aku juga mau ikut main. Aku juga mau sama tante Sasaaaa.. huaaa….” Tangis Alea makin terdengar hingga membuat orang disekitarnya melihat kearah meja mereka. Jeffrey hanya diam mematung, ucapan-ucapan anak ini sungguh diluar nalarnya dan memang ada betulnya juga. Sejak sampai di Tokyo, Sasa lebih banyak menghabiskan waktu untuknya daripada bersama keluarganya.
Sakura meminta maaf ke meja disekitarnya karena kegaduhan yang terjadi dan berakhir melirik tajam Jeffrey.
***
“Sa, Jeffrey tuh kenapa sih? Ko bisa-bisanya sampe ngajakin Alea kaya gini. Kata miss Ayumi biasanya ada orang lain di sekitar area syuting aja dia ngga nyaman loh. Kok ya ini malah ngajak Alea main. Ngga habis pikir Mbak sama dia.” Mbak Laras sudah berada di tempat syuting Jeffrey sekitar 30 menit yang lalu.
Mas Tomo akhirnya mengijinkan Alea datang asal syuting selesai siang hari. Benar saja, semua lancar tanpa kendala. Estimasi syuting yang harusnya selesai pukul tiga sore, nyatanya jam dua mereka sudah menata bersih peralatan syuting dan menyisakan jam bebas untuk Jeff juga kru yang ada disana.
“Aku juga ngga tau Mbak, Kemarin-kemarin aja syuting bukannya cepet malah nambah jam sampai lembur. Jeffrey salah take terus, ngga tau apa yang lagi dipikirin.”
”Kamu beneran baru kenal sama dia kan Sa?” Tanya Mbak Laras menyelidik.
“Ya iyalah Mbaakk, ketemu langsung aja pas kerja kemarin. Ngga usah mikir yang aneh-aneh deh Mbak.” Jawab Sakura dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
“Hai Alea, sudah siap main? Oh iya, halo Bu. Saya Jeffrey, terimakasih sudah mengijinkan Alea bermain dengan saya hari ini.” Suara nyaring Jeffrey terdengar tak jauh dari Sakura dan kakaknya duduk.
“Om Jeeefff. Ayooo aku siap mainnn, hari ini aku juga boleh makan eskliimmm. Ayo kita beli esklim putih. Aku suka esklim putihhh.” Alea yang sudah tidak sabar langsung berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri Jeffrey.
“Oh, halo. Saya Laras.” Jawab Mbak Laras menyambut jabatan tangan Jeffrey. “Iya sama-sama, tolong jaga Alea ya karena saya harus ke tempat lain sebentar lagi. Maaf jika nanti merepotkan.”
“Dengan senang hati, Bu. Ada Sakura juga jadi pasti lebih aman. Iya kan, tante Sasa?”
Sakura hanya menampakan sedikit senyum yang ia paksakan dan memutar bola matanya malas. Masih ada beberapa laporan yang harus ia kirim pada Leo perihal syuting hari ini membuatnya kembali berkutat dengan ipadnya.