Tanpa curiga Azura menerima cocktail yang diberikan Roy. Steve memperhatikan itu juga dengan senyuman licik sebentar lagi Azura akan menjadi miliknya dan gadis itu tidak akan mungkin menolaknya lagi.
Apa yang direncanakan oleh Steve tidak semudah yang dibayangkan. Niat jeleknya ternyata sudah diketahui oleh pria yang dari tadi memperhatikan Azura. Azura adalah miliknya tidak akan mudah dia membiarkan Azura menjadi milik orang lain.
Azura mengalami rasa yang berbeda pada dirinya yang dia bingung untuk diungkapkan. Dia gelisah dan mulai merasa kegerahan tanpa disadarinya menyentuh lehernya. Sensasi berbeda yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, meningkatkan gairah yang
menjalar dari aliran darah hingga bagian sensitifnya.
Wajah Azura memerah, matanya terlihat sayu, dan gelisah tidak menentu. Dengan perlahan mengusap bibirnya dengan lidah dan menggigit bibirnya sendiri secara perlahan. Azura ingin sekali disentuh oleh seseorang yang mampu meredakan desiran menggairahkan dari tubuhnya. Pria misterius mengepalkan tangannya, dia terus memperhatikan reaksi Azura, dia yakin gadis itu sudah menunjukkan reaksi dari cairan obat perangsang yang diberikan oleh Steve.
Kenapa setelah meminum cocktail itu, aku jadi seperti ini. Yaa Tuhan, apa yang terjadi padaku.
Dengan langkah kaki yang percaya diri Steve mendekati Azura. Senyuman mengulas dari wajahnya saat memperhatikan wajah Azura yang memerah, mata sayu, dan suara mendesah membuatnya semakin yakin kalau gadis tersebut sudah diselimuti gairah yang memuncak. Tinggal selangkah lagi Azura akan menjadi miliknya.
“Azura,” panggil Steve di sebelah daun telinga Azura.
“Menjauh dariku Steve,” tolak Azura.
“Apa kamu menginginkan lebih dari ini, Sayang.” Steve menghembuskan napasnya di curuk leher Azura.
Hembusan napas Steve membuat tubuh Azura meneramang. Dia ingin sekali melakukan lebih dari ini. Steve menyunggingkan bibirnya, wajah Azura yang sedang terangsang membangkitkan libidonya sebagai laki-laki. Ingin sekali dia menyetubuhi Azura secara kasar hingga gadis itu ketagihan.
Steve membelai leher Azura dengan lidahnya. Hal tersebut semakin membuat Azura bergairah.
“Aaaah.” Tanpa terasa suara desahan keluar dari bibir mungil Azura.
Kenapa aku jadi seperti ini? Apa yang telah Roy dan Steve lakukan padaku.
“Tolong jangan lakukan ini ke aku, tolong tinggalkan aku, Steve,” mohon Azura.
Semakin Azura memohon untuk dilepaskan oleh Steve, semakin membuat Steve ingin melakukan hal yang lebih dari ini. Dengan lembut Steve membelai wajah Azura dengan jarinya sampai bibir gadis itu disentuhnya secara perlahan.
“Kamu sangat seksi Azura. Aku ingin sekali memilikimu,” ucap Steve.
Dengan kasar Steve menarik leher Azura, tapi Azura memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin dicium oleh Steve, Azura melirik Roy, tapi Roy pura-pura tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Steve padanya. Air mata Azura terjatuh di pipinya, berharap ada yang menolongnya saat ini.
Yaa Tuhan tolong bantu aku. Siapapun tolong bantu aku dari laki-laki kurang ajar ini!
Azura berusaha memberontak, tapi tubuhnya menunjukkan reaksi yang berbeda. Dia malah mendekatkan dirinya, membusungkan bagian kenyal dari bagian depan badannya mendekati tubuh Steve. Steve mendekati bibirnya di hadapan bibir Azura secara perlahan dia mengecup bibir gadis itu. Di saat dia akan melumat bibir Azura sebuah tangan menghantam pipinya membuat Steve yang dalam posisi tidak siap terhuyung ke belakang.
Melihat Steve yang terhuyung ke belakang membuat Azura merasa lega. Dia sangat senang ternyata ada orang yang membantunya. Steve tidak terima mendapatkan pukulan di pipinya dan ingin melakukan perlawanan, tapi dia kalah cepat malah mendapatkan pukulan untuk kedua kalinya dan kali ini sampai membuat sudut bibirnya berdarah.
Pria misterius terus memukuli Steve sampai tak berdaya. Dia sangat marah atas apa yang telah dilakukan Steve pada Azura. Azura terlalu berharga untuk diperlakukan perbuatan sehina itu. Setelah memastikan Steve tidak melakukan perlawanan lagi dia pun menggendong tubuh Azura yang sudah tidak berdaya. Membawa gadis tersebut masuk ke dalam mobilnya.
Azura yang sudah merasakan gairah memuncak tidak dapat lagi menahan aliran darah yang membuat bagian sensitifnya berkedut. Dia ingin melakukan hubungan intim. Pria misterius yang membawa Azura mengendarai mobilnya sambil melirik Azura yang bergerak-gerak sensual. Dia mengerti keadaan Azura malah dia tidak tega gadis yang polos itu menderita.
“Kamu tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap pria itu.
“Tolong aku, aku mohon.” Suara Azura seakan tercekak menahan denyutan bagian sensitifnya yang semakin membuatnya berkeringat.
Dengan menghela napas berat pria itu menghubungi seseorang untuk menyiapkan sebuah kamar hotel jadi dia bisa langsung dari basement masuk lift menuju kamar yang telah di pesannya. Setelah tiba dia pun menggendong Azura lagi masuk ke dalam lift. Azura terus menggerak-gerakkan badannya aroma maskulin dari parfum pria tersebut membuatnya bergairah.
Pria itu bukannya tidak bergairah malah dia berusaha menahan gairahnya sendiri. Dia takut akan merusak Azura walau dia ingin sekali menyentuh gadis yang sedang menderita minta dipuaskan. Setibanya di kamar Azura malah langsung membuka seluruh pakaian yang dikenakannya sampai terlihat polos tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya, dia sangat kepanasan.
Azura mendekati pria misterius tersebut, dia hanya ingin laki-laki itu menyentuhnya. Pria itu hanya diam mematung, dia mencoba menahan gairahnya sendiri. Bahkan menolak Azura.
“Aku harus pergi,” ujarnya sambil mendorong tubuh Azura yang berusaha menciumnya.
“Aku mohon lakukanlah. Please…”
Melihat sorotan mata Azura yang memohon membuatnya tidak sampai hati. Dia pun membalas ciuman Azura, mereka berciuman dan saling melumat dengan sangat mesra. Benda sensitif milik pria itu pun menegang, dia juga ingin melakukan hal yang lebih dari ini, tapi apakah Azura juga mau? Keadaan Azura sekarang bukan dalam situasi normal. Gadis cantik itu dalam pengaruh obat perangsang.
Sambil terus saling melumat bibir Azura membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Bagi Azura sekarang dia hanya ingin hasrat dan gairahnya terpuaskan, tanpa perdulu apapun resikonya. Baginya yang terpenting intinya yang terus menerus berkedut bisa terpuaskan.
Akhirnya pria misterius itu sudah tidak dapat menahan napsu yang menderanya. Tanpa banyak basa-basi pria itu membalas semua yang dilakukan Azura. Membelai dengan lembut setiap inci dari tubuh Azura menggunakan indra pengecapnya, mencecapi pucuk benda kenyal putih mulus dan lembut itu, tentu ssja hal tersebut semakin membuat Azura mengggeliat kenikmatan dan mendesah.
“Apa harus kita lanjutkan?” tanya pria itu ragu.
“Lanjutkanlah… aku sudah tidak tahan lagi,” ujar Azura dengan matanya yang sayu.
Secara perlahan pria misterius tersebut memasuki benda sensitifnya di bagian inti Azura yang terasa sangat sulit untuk di masukin. Baru setengah saja kedutan dari inti Azura mampu membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Sa-sakittt,” keluh Azura saat pria itu memasukan benda sensitif semakin dalam ke intinya.
“Maaf ini hanya sakit di awal nanti kamu akan merasakan kenikmatan yang lebih dari ini,” ucapnya sambil mencecapi pucuk kenyal Azura.
Desahan demi desahan saling bersahutan terdengar di sudut kamar begitu menggairahkan. Membakar aliran darah panah penuh gairah yang terpendam untuk saling memuaskan. Tubuh berkeringat kepuasan membuat hasrat bercinta semakin ingin lagi dan lagi hingga berkali-kali tanpa henti.