loader image

Novel kita

Suami Impoten – Bab 1

Suami Impoten – Bab 1

Aku ingin itu
101 User Views

Dikala malam tiba. Saat Yuda baru saja pulang kerja, wanita berambut ikal sebahu langsung memeluk Yuda dari belakang. Rara melingkarkan tangannya dileher Yudha sambil berbisik di telinganya.

“Mas, kapan kita bisa bermesraan, aku sudah rindu saat-saat itu?” Rara menggoda suaminya dengan senyum yang paling manis. Gelenyar aneh pun dirasakan oleh Rara yang kulit tangannya bersentuhan dengan kulit leher Yuda. Ada rasa hangat yang menjalar di sekujur tubuhnya.

“Maaf Neng, Mas belum siap karena sudah lama tidak melakukan itu,” sahutnya, melepaskan tangan Rara yang masih melingkar di lehernya perlahan. Yuda berharap Rara mengerti dengan kondisi tubuhnya yang masih letih dan canggung untuk melakukan hal itu lagi.

Rara terpaksa melepaskan tangannya yang melingkar di leher Suaminya.

“Kita coba yuk, Mas. Bisa aku yang mulai duluan.” Rara belum menyerah dengan penolakan yang diberikan oleh suaminya.

Yuda membalikan tubuhnya menatap istrinya.

Rara tidak menyiakan kesempatan ia langsung memeluk suaminya kembali kali ini ia mendaratkan ciuman di bibir suaminya.

Yuda tidak menolak ia pun membalas ciuman istrinya yang menciumnya tanpa memberi kesempatan padanya untuk bernafas. Keduanya saling bertukar Saliva. Rara memejamkan kedua netranya betul-betul terhanyut dalam ciuman panasnya sendiri.

Sementara Yuda menatap istrinya sayu. Ia merasa bersalah karena memang belum bisa memberikan nafkah batin pada istrinya. Yang sudah menggebu ingin di lepaskan.

Rara meletakkan tangan Yuda untuk menyentuh dua gundukan di dadanya. Namun Yuda menepis mendorong tubuh Rara menjauh dari tubuhnya.

“Kenapa Mas? Apa kamu sama sekali tak ingin melakukannya. Atau kamu —?”

Rara menjadi curiga pada suaminya jangan-jangan ia mempunyai wanita idaman lain.

“Kenapa, Neng nuduh Mas seperti itu?”

“Buktinya Mas mengabaikan keinginanku. Aku ingin itu. Sudah lama kita tidak melakukannya. Bukankah jika Mas takut aku bisa melakukannya pelan-pelan.”

Yuda tertegun melihat Rara yang berlari meninggalkan dirinya.

Rara melangkah berlalu dari hadapan Yuda, hatinya betul-betul kecewa telah ditolak oleh suaminya.

Wajar Rara kecewa karena sebelum Yuda mengalami sakit TBC, kedua insan itu sedang mesra-mesranya.

Maklum usia pernikahan mereka baru menginjak angka 12 Tahun. Yang dimana keduanya merasa saling membutuhkan dalam hal urusan ranjang. Karena sudah tidak terganggu dengan rengekan bayi yang minta susu di tengah malam.

Usia kedua anaknya pun sudah tidak ada yang balita. Itu sebabnya kebutuhan ranjang menjadi nomor satu dan harus walaupun tidak setiap hari. Tapi keinginan untuk bermanja-manja dan bermesraan selalu ada.

Keduanya sedang asyik-asyiknya mencoba berbagai macam gaya. Tahu-tahu suaminya sakit, coba bayangkan? bagaimana perasaan Tara? sedih, kecewa, marah, pastinya kenapa semua ini menimpa keluarganya.

Rara menelungkupkan wajahnya di bantal, ia betul-betul kecewa. Bukankah dirinya seorang istri yang normal. Sudah hampir satu tahun lebih ia menahan hasratnya. Namun, malam yang dinantikan olehnya ternyata tidak pernah ada. Hingga malam ini pun Suaminya malah menolaknya mentah-mentah.

“Bukankah Suaminya itu sudah sehat mengapa masih mengabaikan dirinya. Keterlaluan!”

Yuda yang sudah membersihkan diri, naik ke atas tempat tidur. Berniat ingin membujuk istrinya supaya tidak marah lagi.

Yuda naik ke atas tempat tidur berbaring di sebelah istrinya. Tangannya mengusap rambut ikal Istrinya perlahan. Kemudian mencium rambutnya dengan lembut.

“Neng, Maafkan Mas. Bukan maksud hati menolak. Mas hanya takut karena sudah lama kita tidak melakukan itu. Berbaliklah dengarkan detak jantung Mas yang berdetak seperti drum yang ditabuh kencang.”

Yuda meraih tangan Rara meletakkannya di dadanya.

Rara bisa merasakan detak jantung Yuda seperti yang dikatakannya.

Perlahan Rara berbalik menghapus buliran bening yang tersisa di kelopak matanya dengan jarinya.

Tangan Yuda ikut menghapus sisa buliran bening di pipinya. Pria bertubuh tegap itu mencium pipi dan kening sang istri yang masih sesenggukan.

Rara memeluk tubuh suaminya. Menumpahkan tangisnya kembali. Ia kecewa sekaligus marah pada suaminya yang tak peka. Yuda tidak berbicara sepatah kata pun ia hanya mengusap kepala dan mencium pucuk kepalanya. Ia ingin istrinya tahu bahwa dirinya masih menyayanginya tidak ada wanita lain di hatinya selain dirinya.

“Bersabarlah, Doain Mas. Supaya Mas bisa memuaskan hasratmu kembali. Mas tahu jika saling memuaskan hasrat rumah tangga kita akan aman dari pertengkaran,” pinta Yuda pada istrinya.

“Bukankah, Neng sering mengaji. Terapkanlah apa yang didapat jangan hanya sekedar lewat di telinga.”

“Kamu tidak tahu Mas menerapkan itu lebih susah. Bagaimana jika kita bertukar posisi apakah kamu sanggup bila ada di posisiku. Tidak bukan?”

Rara masih penasaran karena Yuda menolaknya kemarin malam. Malam ini ia akan menggodanya lagi dengan mengenakan baju haram yang kurang bahan di beberapa lekuk bagian tubuhnya. Biarlah sesekali ia terlihat seperti pelacur demi untuk menyalurkan hasratnya. Bukankah itu halal dan memang diharuskan. Apalagi jika istri yang meminta katanya pahalanya setara dengan haji dan umroh.

Rara mengenakan lingerie warna merah cabe sehingga kulit putihnya terlihat semakin bercahaya terkena sorot lampu kamar. Karena ingin memberi kejutan ia membalut pakaian haram itu dengan pakaian daster yang biasa digunakan sehari-hari.

Ketika pintu diketuk dari luar sekitar pukul sepuluh malam. Itu pertanda suaminya baru saja pulang sehabis masuk kerja siang.

Rara membukakan pintu untuk suaminya. Terlihat Yuda sedang melepaskan sepatunya.

Rara duduk di kursi menunggu suaminya selesai membersihkan diri. Ia sendiri menonton televisi walaupun sebenarnya sudah tidak ada acara yang disukainya.

Yuda yang sudah selesai membersihkan diri, menghampiri istrinya yang duduk di kursi panjang.

“Tumben nonton televisi.”

Rara menggeser duduknya supaya berdekatan dengan Yuda, berbisik di telinga pria itu.

“Mas, ayo aku sudah tak sabar.”

Suara Rara terdengar manja di telinga Yuda. Wanita berusia tiga puluh tahun itu menarik tangan Yuda kemudian membawanya ke dalam kamarnya.

“Neng Maaf, Mas—-,” sahut Yuda terputus dan terus mengikuti langkah laki istrinya hingga tiba di dalam kamar.

“Kenapa Mas, kok bingung begitu,” ucap Rara yang merasa aneh dengan wajah Yuda yang terlihat gelisah terpancar jelas dari raut wajahnya.

“Mas — mas — , gak bisa,” sahut Yuda malu dan menunduk.

“Masa, Mas bohong. Ingin aku yang mulai duluan ya?” tanya Rara menggoda Suaminya dengan memberikan senyuman paling manis. Kemudian membalik tubuhnya sehingga berhadapan. Jemari lentik Rara melepas kancing kemeja Yuda satu persatu. Begitu pun dengan dirinya melepaskan daster yang membalut tubuhnya hingga menyisakan pakaian haram saja yang melekat di tubuhnya. Netra Yuda membuat sempurna menyaksikan pemandangan indah tubuh istrinya yang mengenakan lingerie.

“Lihat bukankah aku menarik dan seksi,” ucap Rara yang berdiri di hadapan suaminya.

“Masa iya Mas tidak tergoda.”

Suami Impoten

Suami Impoten

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Rara tak menyangka di usiah juga pernikahannya yang menginjak ke 12 mendapatkan kabar yang membuat dirinya sangat terpukul. Suaminya memberitahukan jika Yuda junior tidak bisa berdiri. Itu berarti secara tidak langsung ia menjadi janda walaupun. mempunyai suami. Alangkah malangnya nasib dirinya punya suami tapi tidak bisa menikmati indahnya surga dunia. Akankah Rara sanggup tetap bertahan dengan rumah tangganya? yang pada kenyataannya tidak baik-baik saja

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset