Suara dengusan keluar dari mulut Lee Joo Won begitu melihat orang yang dia tunggu sejak tadi akhirnya menampakan batang hidung.
“Huh, akhirnya dia datang juga.” Kang Yong-Sun ikut mengutarakan kelegaan yang dia rasakan karena orang yang dia tunggu akhirnya datang.
“Maaf membuat kalian menunggu lama.” Jae-Hwa menyengir lebar seraya mendudukan diri di depan kedua temannya yang sudah hampir satu jam lamanya menunggu kedatangannya.
“Kau ini mengajak kami bertemu di café ini, tapi justru kau yang paling terakhir datang,” gerutu Joo Won, yang hanya dibalas Jae-Hwa dengan kekehan.
“Kau bolos kuliah lagi? Kau bisa dikeluarkan dari kampus jika sering bolos begini, Jae-Hwa.”
Jae-Hwa mendengus mendengar teguran dari Yong-Sun yang mencoba mengingatkannya karena memang sudah beberapa hari ini Jae-Hwa tidak masuk kuliah tanpa kabar.
“Mana mungkin aku bisa masuk kuliah di saat aku sibuk menyiapkan pernikahan. Dan lagi hari ini aku masih lelah, kemarin seharian aku harus mengikuti prosesi pernikahan yang melelahkan.”
Mendengar jawaban Jae-Hwa, Joo Won dan Yong-Sun saling berpandangan, tampak kebingungan.
“Apa maksudnya ucapanmu itu?” tanya Joo Won meminta penjelasan.
“Kemarin aku baru saja melangsungkan pernikahan dengan wanita kaya raya itu,” jawab Jae-Hwa santai, tak mempedulikan ekspresi kedua sahabatnya yang terkejut bukan main.
“Hah? Serius kau menikah kemarin?” Yong-Sun kembali bertanya, memastikan Jae-Hwa tidak sedang mempermainkan mereka.
Dengan tegas Jae-Hwa mengangguk. “Ya, tentu saja aku serius. Kemarin aku dan Eun-Cha melangsungkan pernikahan. Sekarang kami resmi menjadi pasangan suami istri.”
“Kenapa mendadak sekali kalian menikah? Dan kau tidak mengundang kami berdua?” Joo Won tampak kecewa karena Jae-Hwa yang berjanji akan mengundang mereka di hari pernikahannya, justru tak menepati janjinya.
“Kami menikah dengan terburu-buru.”
“Hei, jangan bilang kau menghamili wanita itu makanya kalian menikah dengan terburu-buru?” tanya Joo Won, curiga itulah alasan pernikahan Jae-Hwa dilangsungkan secara mendadak dan terburu-buru.
“Benar, jangan-jangan istrimu sudah hamil sebelum kalian menikah?” Bahkan Yong-Sun pun ikut mencurigai hal itu.
“Sembarangan, tentu saja tidak. Mana mungkin aku menghamilinya padahal bertemu saja baru satu kali saat kami membuat janji bertemu untuk pertama kalinya. Lagi pula, sudah kukatakan dia itu sangat dingin dan galak, mana mungkin dengan mudah aku bisa menghamilinya.” Jae-Hwa mengibaskan tangan, menepis mentah-mentah pemikiran kedua sahabatnya yang berlebihan tentangnya.
“Lalu kenapa kalian menikah mendadak dan terburu-buru sekali?”
Jae-Hwa mengembuskan napas berat sebelum mulutnya terbuka untuk menjawab pertanyaan Joo Won. “Itu permintaan ibu mertuaku. Sedangkan alasan aku tidak mengundang kalian karena istriku meminta agar pernikahan kami dilangsungkan secara sederhana dan tertutup. Hanya keluarga saja yang hadir.”
Joo Won dan Yong-Son pun mengangguk dengan serempak.
“Padahal kalian ini dari keluarga kaya, kenapa tidak melangsungkan pernikahan dengan meriah?” Yong-Sun yang melontarkan pertanyaan ini.
“Sudah kukatakan ini permintaan istriku. Tapi ada bagusnya juga pernikahan ini tidak tersebar ke dunia luar.”
“Kenapa bagus menurutmu?” Joo Won tampak penasaran dengan pemikiran Jae-Hwa.
“Dengan begini Yun Hee tidak akan tahu kalau aku sudah menikah. Benar, kan?” Jae-Hwa menyeringai di akhir ucapannya.
Joo Won menjentikan jari, sependapat dengan pemikiran Jae-Hwa tersebut. “Ah, benar juga. Yun Hee pasti marah besar jika tahu kau menikahi wanita lain. Mungkin dia akan mengamuk dan mendatangi istrimu itu. Yun Hee sangat tergila-gila padamu, aku yakin dia tidak akan melepaskanmu walau kau sudah menikah.”
“Ya, begitulah. Jadi, bagus jika dia tidak mengetahui pernikahanku ini.”
“Tunggu.” Dengan cepat Yong-Sun menginterupsi. “Apa kau berniat tetap menjalin hubungan dengan Yun Hee walau sudah memiliki istri?” tanyanya, tampak syok bukan main.
Dengan santai, Jae-Hwa mengedikan bahu. “Kau dengar sendiri ucapan Joo Won tadi, Yun Hee tidak mungkin melepaskanku walau aku sudah menikah.”
“Tapi tetap saja menurutku salah kau tetap menjalin hubungan dengannya padahal kau sudah memiliki istri. Putuskan saja hubunganmu dengan Yun Hee, jangan mengkhianati istrimu, Jae-Hwa.”
Yong-Sun memekik terkejut saat pundaknya tiba-tiba dipukul cukup keras oleh Joo Won. “Kenapa kau memukulku?” protesnya, tentu saja tak suka tindakan kasar Joo Won tersebut.
“Kau ini bicara apa? Memangnya kenapa kalau Jae-Hwa menjalin hubungan dengan dua wanita? Itu bukan masalah selama Jae-Hwa bisa bermain cantik tanpa ketahuan dua wanita itu.” Joo Won menatap Jae-Hwa dengan tatapan serius. “Aku mendukung kau tetap menjalin hubungan dengan Yun Hee. Kau bisa belajar dariku cara bermain cantik agar tidak ketahuan selingkuh oleh istri dan pacarmu,” ujar Joo Won seraya mengedipkan sebelah mata.
Jae-Hwa terkekeh, tak terkejut mendengar perdebatan antara dua sahabatnya yang selalu berbeda pemikiran tersebut.
“Huh, niatmu selalu jahat, ya,” gerutu Yong-Sun seraya memicingkan mata, tak setuju sepenuhnya dengan pemikiran Joo Won yang senang mempermainkan wanita.
“Bukan jahat,” sahut Joo Won santai. “Hanya mengajari Jae-Hwa cara memanfaatkan ketampanannya. Lagi pula, selama hubungannya dengan Yun Hee tidak diketahui istrinya, dan selama Yun Hee tidak tahu Jae-Hwa sudah menikah, kedua wanita itu tidak akan tersakiti. Justru kasihan Yun Hee jika diputuskan padahal dia tergila-gila pada Jae-Hwa. Dan lagi, istri Jae-Hwa dalam bahaya jika sampai Yun Hee tahu Jae-Hwa sudah menikah. Yun Hee mungkin akan mendatanginya dan melakukan tindakan nekat. Kau ini seperti tidak mengenal Yun Hee saja.”
“Aku setuju dengan pemikiran Joo Won,” timpal Jae-Hwa tanpa ragu.
“Hah, artinya kau tetap akan menjalin hubungan dengan Yun Hee walau sudah memiliki istri?”
Jae-Hwa mengangguk menanggapi pertanyaan Yong-Sun. “Ya, seperti yang dikatakan Joo Won, ini demi kebaikan. Lagi pula, aku sudah lama berpacaran dengan Yun Hee, sepertinya aku tidak tega memutuskannya.”
“Hei, Jae-Hwa, sebenarnya ada satu hal yang sejak dulu ingin aku tanyakan padamu.” Joo Won yang mengeluarkan suara.
“Bertanya apa?”
“Kau ini sebenarnya mencintai Yun Hee atau tidak?”
Jae-Hwa tak memberikan jawaban, hanya tersenyum miring yang menyiratkan sebuah makna.
“Kenapa tidak dijawab?”
“Kau tebak saja sendiri.”
“Ck, memangnya kau pikir aku ini bisa membaca pikiran dan isi hatimu? Makanya aku bertanya karena aku tidak bisa menebak jalan pikiranmu.”
Jae-Hwa mendengus, tampak tak tertarik membahas masalah ini. “Daripada membahas masalah percintaan yang membosankan.” Jae-Hwa menoleh ke arah Yong-Sun yang tampak sama penasarannya dengan Joo Won, pria itu juga terlihat tengah menantikan jawaban Jae-Hwa. “Yong-Sun, seperti biasa tolong bantu aku mengerjakan tugas kuliah selama aku bolos, ya.”
“Huh, selalu seperti ini. Tidak Joo Won, tidak kau, selalu memanfaatkan aku dalam urusan mengerjakan tugas,” gerutu Yong-Sun, tak terima dengan perlakuan kedua sahabatnya yang selalu memanfaatkan dirinya. “Terkadang aku berpikir kalian mau berteman denganku karena ingin memanfaatkanku saja.”
Joo Won dan Jae-Hwa saling berpandangan sebelum mereka pun sama-sama tertawa lantang mendengar tuduhan Yong-Sun pada mereka.
“Karena kau paling cerdas di antara kita bertiga makanya kami meminta bantuanmu. Tentu saja kami tulus menjadi temanmu. Karena kami selalu meminta bantuanmu dalam hal mengerjakan tugas, kau bebas meminta bantuan kami dalam hal lain. Benar, kan, Jae-Hwa?”
Jae-Hwa mengangguk setuju atas ucapan Joo Won tersebut. “Benar. Bukankah sebagai teman kita harus saling membantu?”
“Huh, baiklah. Akan kukerjakan tugasmu.” Akhirnya Yong-Sun menyerah karena terjerat rayuan kedua temannya.
“Tugasku sekalian, ya,” pinta Joo Won dan dia tertawa saat Yong-Sun melempar sendok ke arahnya. “Ok, Ok, hanya bercanda. Aku akan mengerjakan tugasku sendiri.”
Tatapan Joo Won kini tertuju pada Jae-Hwa yang sedang menenggak minumannya. “Padahal aku penasaran ingin melihat istrimu, kau malah tidak mengundang kami di hari pernikahan kalian.”
“Kau serius ingin bertemu istriku?” tanya Jae-Hwa memastikan sekali lagi Joo Won tidak sedang bermain-main dengan perkataannya.
“Tentu saja aku serius. Aku sudah mengatakannya waktu itu, aku ingin melihat benarkah istrimu itu cantik seperti yang kau katakan. Yong-Sun juga pasti penasaran, kan?”
Melihat Yong-Sun merespons dengan anggukan, Jae-Hwa menyeringai. “Kalau begitu bersiaplah. Aku akan memperkenalkan istriku pada kalian,” ucap Jae-Hwa seolah-olah dia lupa dua peraturan yang diberikan sang istri padanya.
Setelah ini entah kekacauan apa yang akan terjadi?