loader image

Novel kita

Suami Sang Nona Billionaire – Chapter 20

Suami Sang Nona Billionaire – Chapter 20

Jae-Hwa Dalam Masalah
80 User Views

Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat, usia pernikahan Jae-Hwa dan Eun-Cha sudah menginjak dua bulan. Sejauh ini tak ada masalah yang terjadi. Jae-Hwa yang awalnya sering memberikan masalah untuk Eun-Cha, kali ini tampak tenang sehingga Eun-Cha bisa menjalani hidupnya dengan damai.

Hubungan sepasang suami istri itu mulai ada perkembangan, Eun-Cha mulai banyak bicara d depan Jae-Hwa dan tak sedingin ketika awal pernikahan mereka. Mungkin ini karena Jae-Hwa yang sering melakukan tindakan-tindakan sederhana, tapi terkesan manis seperti; menyiapkan makanan lezat untuk Eun-Cha setiap hari, bahkan pria itu sering diam-diam memetik bunga dan meletakan bunga tersebut di nakas kamar Eun-Cha. Siapa yang tidak terlena mendapat perlakuan manis seperti itu?

Ah, jangan lupakan Jae-Hwa yang begitu perhatian, dia juga tak pernah lupa memberi kabar pada Eun-Cha jika dirinya tak bisa pulang ke rumah tepat waktu. Semua sikap dan perlakuan baik Jae-Hwa, membuat penilaian Eun-Cha pada pria itu mulai berubah.

Malam ini, Eun-Cha terlihat sedang sibuk di ruang kerja rumahnya. Meski waktu menunjukan jam sembilan malam, dia tetap fokus menatap layar komputer.

“Sampai kapan kau terus bekerja padahal ini sudah malam?”

Eun-Cha tersentak, terkejut bukan main karena sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Tentu saja pelakunya adalah Jae-Hwa yang masuk tanpa permisi dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Kau ini memang tidak punya sopan santun, ya? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?”

Jae-Hwa mendengus. “Kita sudah dua bulan tinggal bersama, kau tetap saja tidak paham sifatku. Aku memang begini.”
“Iya, tidak tahu sopan santun.”

Jae-Hwa pun terkekeh, dia masuk ke dalam dan meletakan secangkir coklat panas di atas meja. “Ini untuk menghangatkan tubuhmu. Apa kau tidak lelah bekerja terus?”
“Bohong jika aku bilang tidak lelah, tapi mau bagaimana lagi, pekerjaanku banyak.”
“Jadi, malam ini kau akan lembur?”
“Begitulah. Besok pagi ada meeting penting dengan klien dan beberapa rekan bisnis, aku harus menyelesaikan bahan-bahan meeting-nya malam ini juga.”
“Kau ini memiliki asisten, kan, di kantor?”
“Tentu saja punya. Siapa yang mengatur jadwalku jika aku tidak memiliki asisten?”
“Terus kenapa kau tidak menyuruh asistenmu saja yang menyiapkan bahan-bahan meeting untuk besok?”

Eun-Cha mengembuskan napas pelan. “Aku dan asistenku memiliki tugas dan pekerjaan masing-masing. Yang sedang aku kerjakan ini bagianku, tentu aku harus mengerjakannya sendiri.”
“Hm, sepertinya kau atasan yang baik.”

Atensi Eun-Cha dari layar komputer pun beralih pada Jae-Hwa. “Kenapa kau berkata begitu?”
“Ya, karena kau berbeda dengan pemimpin perusahaan yang lain. Setahuku mereka selalu menumpahkan pekerjaan pada bawahan mereka.”
“Huh, tidak semua pemimpin perusahaan seperti itu.”
“Ya, kau contohnya.”

Eun-Cha pun diam seribu bahasa, tak menyahut lagi.

Sedangkan Jae-Hwa yang melihat kediaman Eun-Cha, kini bangkit berdiri. Dia berjalan dan berhenti tepat di belakang kursi yang Eun-Cha duduki. Tanpa diduga dia melakukan tindakan yang sukses membuat Eun-Cha terbelalak kaget. Jae-Hwa memijat pundak Eun-Cha dengan lembut.

“Hei, apa yang kau lakukan?” Tentu saja Eun-Cha menolak, dia menepis kedua tangan Jae-Hwa yang mendarat sembarangan di pundaknya.
“Sudah, jangan menolak. Anggap saja aku sedang melakukan tugasku sebagai seorang suami. Karena aku tidak bisa membantumu mengerjakan tugasmu itu, jadi biarkan aku melayanimu seperti ini.”
“Tapi aku tidak memintanya.”
“Ya, kau memang tidak memintanya, tapi aku sendiri yang ingin melakukannya. Sudah, kau lanjutkan saja mengerjakan tugasmu.” Jae-Hwa pun kembali melanjutkan kegiatan memijatnya, tersenyum tipis saat mendapati Eun-Cha tak menolak atau melawan kali ini.

“Bagaimana? Nyaman kan rasanya?”

Eun-Cha hanya menyahut dengan gumaman, sekali lagi membuat Jae-Hwa mengulum senyum. Namun, momen manis sepasang suami istri itu terganggu karena ponsel Jae-Hwa yang tiba-tiba berbunyi, rupanya ada pesan masuk.

“Ada apa?” tanya Eun-Cha yang heran melihat Jae-Hwa tiba-tiba terdiam setelah membaca pesan tersebut.
“Aku harus pergi.”
“Pergi? Malam-malam begini?”
“Ya, tiba-tiba ada urusan mendadak.”
“Urusan apa?”

Jae-Hwa mendengus. “Kau ini mulai banyak bertanya dan selalu ingin tahu urusanku, ya? Jangan bilang kau sudah menganggap dan mengakuiku sebagai suamimu?”
“Huh, siapa bilang? Aku tidak begitu.”

Jae-Hwa terkekeh, selalu merasa terhibur setiap kali berhasil menggoda Eun-Cha dan membuatnya salah tingkah.

“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Mungkin aku akan pulang larut jadi kau tidak perlu menungguku. Kau tidur saja jika pekerjaanmu sudah selesai.” Jae-Hwa melangkah menuju pintu, tapi langkahnya tiba-tiba berhenti dan dia kembali menghadap Eun-Cha. “Oh, ya. Jangan lupa minum coklatnya selagi panas. Habiskan, ya.”
“Iya, iya, aku tahu.”

Jae-Hwa pun benar-benar melangkah pergi setelah itu. Entah ke mana dia akan pergi malam-malam begini.

***

Tempat itu tampak ramai, banyak orang sedang berkerumun di pinggir jalan. Ya, pinggir jalan karena tempat itu merupakan jalanan sepi yang sering dijadikan ajang para pembalap liar melakukan balapan motor.

Jae-Hwa ada di sana, bersama dengan Joo Won yang tadi mengiriminya pesan.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang? Ha-Joon mengancam akan menemui orang tuamu jika kau tidak bisa membayar hutang malam ini karena kekalahanmu pada dua balapan sebelumnya?”

Jae-Hwa mendengus, tampak kesal. “Berapa total hutang yang harus aku bayar padanya?”
“Hm, sekitar 10 juta Won. Itu jumlah yang sangat banyak. Dari mana kau akan mendapatkannya?”

Jae-Hwa memejamkan mata, dia pun kebingungan mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

“Kenapa kau tidak meminta uang pada istrimu yang kaya raya itu? Aku yakin baginya uang 10 juta won tidak seberapa.”

Mendengar saran dari Joo Won itu, Jae-Hwa mendelik tajam, tampak tak suka. “Aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku tidak akan pernah memanfaatkan istriku.”
“Hoo, aku tidak menyangka ternyata kau suami yang baik. Tidak mau memanfaatkan uang istrimu, tapi sayangnya kau berselingkuh di belakangnya. Hahaha.”
“Diam kau.”
“Lalu bagaimana caramu membayar hutang pada Ha-Joon? Kau tahu dia tidak pernah main-main dengan perkataannya?”

Jae-Hwa tertegun, memikirkan jalan keluar untuk masalahnya ini. Dia dan Joo Won memang kerap kali mengikuti balapan liar. Dalam balapan itu mereka sering mengikuti taruhan dan bagi yang kalah harus membayar sebesar uang yang mereka setujui untuk dipertaruhkan. Jae-Hwa biasanya memenangkan balapan, tapi entah apa yang terjadi padanya karena dua balapan terakhir dia mengalami kekalahan sehingga uang yang harus dia bayar pada Ha-Joon yang menjadi pemenang sudah mencapai 10 juta won.

“Kau bilang tadi Haa-Jon menawarkan kesepakatan padaku, bukan? Jika aku berhasil memenagkan balapan malam ini maka hutangku akan dianggap lunas?”
“Ya, tapi jika kau kalah maka hutangmu akan bertambah dua kali lipat, artinya hutangmu menjadi 20 juta won.”

Jae-Hwa tersenyum miring. “Menarik. Aku akan menerima kesepakatan ini.”
“Hei, pikirkan sekali lagi. Akhir-akhir ini kemampuan balapan Haa-Jon sangat bagus. Mungkin karena dia baru mengganti motornya. Sedangkan kau … performamu belakangan ini menurun, bagaimana kalau kau kalah lagi?”

Dengan santai Jae-Hwa mengangkat kedua bahu. “Kita tidak akan tahu hasilnya sebelum dicoba. Aku akan mencobanya dulu.”
“Tapi ….”
“Kau doakan saja aku bisa memenangkan balapan malam ini.”
“Kenapa kau tidak mencoba meminta uang pada ayahmu?” Joo Won masih berusaha membujuk Jae-Hwa untuk menolak kesepakatan ini.
“Huh, kau tahu betapa kejam dan galak ayahku jika marah. Bisa-bisa aku dibunuh jika dia sampai tahu aku sering mengikuti balapan liar. Sudahlah, hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa membayar hutang pada Haa-Jon. Aku siap-siap dulu.”

Jae-Hwa menepuk bahu Joo Won sebelum benar-benar melangkah pergi karena dia serius akan menerima kesepakatan yang ditawarkan Haa-Jon padanya. Malam ini Jae-Hwa akan kembali mengikuti balapan motor liar dan entah akan seperti apa hasilnya nanti?

Suami Sang Nona Billionaire

Suami Sang Nona Billionaire

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Ditinggal pergi oleh ayahnya yang tewas saat berusia 20 tahun, membuat Eun-Cha harus menjadi presdir perusahaan menggantikan sang ayah. Dia yang dulu periang seketika berubah menjadi sosok yang tegas, mandiri, perfeksionis dan tak tersentuh. Pebisnis muda yang sukses menjadi julukan yang dia dapatkan di setiap media bisnis. Namun, karena begitu berambisi memajukan perusahaan di bawah kepemimpinannya, Eun-Cha tak memiliki waktu untuk menjalin kisah asmara. Ibunya merasa khawatir karena Eun-Cha tak kunjung menikah padahal usianya sudah menginjak 30 tahun sehingga nekat menjodohkan sang putri. Eun-Cha tak bisa menolak keinginan sang ibu, dia pun setuju untuk bertemu dengan calon suaminya. Namun, Eun-Cha hanya bisa tercengang ketika mengetahui calon suaminya merupakan seorang mahasiswa yang 10 tahun lebih muda darinya. Terlebih pria itu begitu nakal sehingga membuat hidup Eun-Cha semakin runyam karena dia yang harus menyelesaikan semua masalah dan keonaran yang diakibatkan suami berondongnya. Akankah Eun-Cha mampu menjalani biduk rumah tangganya dengan normal bersama sang suami di saat tingkahlaku pria itu selalu membuat Eun-Cha naik darah? Mungkinkah cinta akan tumbuh di hatinya untuk sang suami yang bahkan memanggilnya tante? Dan di saat seseorang dari masa lalu tiba-tiba muncul, memberikan perhatian lebih padanya, mungkinkah Eun-Cha akan berpaling? Ikuti kisah si presdir galak yang terpaksa harus menikah dengan pemuda bad boy tapi sangat populer di kalangan para gadis karena ketampanannya yang di atas rata-rata.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset