loader image

Novel kita

The Dawson Clan – Chapter 16

The Dawson Clan – Chapter 16

Ibu tiri Yang Kejam
80 User Views

 

Dalam kesunyian di sebuah ruangan terlihat seorang anak laki-laki tergeletak di lantai yang dingin. Anak itu yang tidak lain adalah Cliff mengerjapkan mata pertanda dia baru saja tersadar dari pingsannya.

Dia menatap sekeliling ruangan, tak terlihat seorang pun di sana yang membuatnya spontan menghembuskan napas lega. Sempat terlintas di benaknya bahwa semua kengerian yang dilihatnya tadi hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun, ketika dia beranjak bangun, rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuh menyadarkannya bahwa semua yang dilihatnya di dalam ruangan ini beberapa saat yang lalu merupakan sesuatu yang nyata. Lagi-lagi dia bergidik ngeri ketika mengingat kejadian mengerikan yang sengaja dipertontonkan di depan matanya. Tapi diam-diam dia bernapas lega karena setidaknya begitu membuka mata dia tidak lagi disuguhkan dengan pemandangan yang mengerikan itu lagi.

Dengan ringisan yang menghiasi wajah tampannya, Cliff beranjak bangun. Dengan gontai dia melangkah meninggalkan ruangan luas yang hanya diterangi oleh cahaya dari lilin tersebut.

Ketika akhirnya dia tiba di kamar, tanpa ragu dia membanting tubuh ke atas kasur empuknya. Dia menenggelamkan wajah pada bantal, ingatan-ingatan mengerikan yang dia lihat beberapa saat lalu masih terngiang di kepalanya.

“Ibu,” gumamnya pelan dengan air mata yang mengalir hingga membasahi bantal.

Melihat wajah wanita-wanita yang disiksa oleh Nick beserta ketiga sahabatnya seketika membuat Cliff teringat pada ibunya. Di mata Cliff wajah mereka bukan hanya mirip tapi memang sama persis dengan ibunya. Tentu dia merasa heran tapi mengingat kakaknya beserta ketiga sahabatnya memiliki kemampuan alami sebagai vampir darah murni, Cliff pun sadar bahwa semua yang dilihatnya hanyalah akibat kemampuan itu. Di samping itu, dia pun menyadari bahwa dirinya berbeda dengan keempat vampir muda itu. Meski ayahnya mengatakan dia seorang vampir darah murni juga tapi darah manusia yang mengalir di dalam tubuhnya, membuat dia tidak memiliki kemampuan alami seperti keempat vampir kejam yang ditemuinya tadi.

“Ibu, aku ingin pergi dari sini. Aku ingin pergi ke tempatmu berada,” gumamnya lagi pelan sekali hanya mampu didengar olehnya sendiri. Baru beberapa hari tinggal di kastil, Cliff sudah merasa tidak betah terutama semenjak ayahnya pergi. Puncaknya adalah kejadian tadi ketika di depan matanya terjadi penyiksaan biadab yang tak termaafkan menurut Cliff.

Dia ingin pergi dari kastil itu, tapi mengingat tentang ayahnya membuat Cliff kembali ragu untuk pergi. Setelah sekian lama dia menantikan pertemuannya dengan sang ayah. Dan kini setelah akhirnya mereka bertemu bahkan tinggal bersama, rasanya sangat berat bagi Cliff untuk berpisah dengan ayahnya lagi. Lagi pula menurut Cliff, ayahnya sangat berbeda dengan vampir lain. Ayahnya itu sangat baik dan memperlakukannya penuh kasih sayang. Walau tak dipungkiri masih banyak yang tidak dia ketahui tentang ayahnya, tapi dia sudah mulai menyayangi sosok ayahnya. Dia tidak ingin berpisah dengan ayahnya karena itu dia memutuskan untuk bertahan tinggal di kastil itu, mencoba mengabaikan sikap Nick yang terang-terangan menunjukan kebenciannya.

Cliff menyeka air mata dan bangkit dari tempat tidur ketika merasakan perutnya mulai lapar. Dia memang belum meminum darah lagi, terakhir kali dia meminumnya ketika ayahnya belum pergi. Lebih tepatnya sesaat sebelum dia dan ayahnya pergi berjalan-jalan mengelilingi daerah kekuasaan Klan Dawson.

Cliff kembali melangkahkan kaki meninggalkan kamar mewahnya. Dia berencana pergi ke ruang makan dengan harapan ada semangkuk darah yang sudah disiapkan untuknya.

Senyumnya mengembang ketika dia bisa mencium bau darah ketika jaraknya dengan ruang makan sudah cukup dekat. Dia senang harapannya terkabul. Mengabaikan rasa sakit yang masih dirasakannya, Cliff berlari dengan semangat menuju ruang makan.

Matanya berbinar ketika melihat sebuah wadah besar tergeletak di tengah meja sesampainya dia di ruang makan. Diyakininya di dalam wadah itu pasti penuh dengan darah yang sudah tidak sabar ingin diminumnya.

Dia melangkah dengan semangat mendekati meja. Namun, langkahnya terhenti ketika dia menyadari ada seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Merasa ragu untuk sesaat, tapi pada akhirnya Cliff memutuskan untuk melihat sosok orang yang tengah duduk itu. Di dalam hati dia berharap semoga orang itu bukan Nick karena setelah kejadian di dalam ruangan itu kini Cliff merasa enggan untuk bertemu dengan pria yang diklaim sebagai kakaknya. Lebih tepatnya dia mulai takut pada pemuda itu.

“I-Ibu,” ucapnya setelah melihat sosok yang tengah duduk di kursi itu bukan Nick melainkan Rose. Cliff menghembuskan napas lega karena lagi-lagi harapannya terkabul. Menurutnya Rose jauh lebih baik dibandingkan Nick, dengan polos dia berpikir bahwa perlakuan manis Rose padanya selama ini tulus dari dasar hatinya. Tanpa dia ketahui selama ini Rose hanyalah berpura-pura baik padanya di depan Rowan.

Tanpa meminta izin, Cliff mendudukkan diri di salah satu kursi. Dia tidak menyadari tatapan penuh kebencian yang dilayangkan Rose padanya. Rasa lapar yang sudah meraung-raung di dalam perut membuat dia bergegas mengambil sebuah gelas dan berniat menuangkan darah di dalam wadah besar itu.

“Siapa yang mengizinkanmu untuk meminum darah itu?” tanya Rose ketus, membuat Cliff menghentikan gerakannya yang nyaris menuangkan darah itu ke dalam gelasnya. Dia menatap heran ke arah Rose.

“Bukankah darah ini disimpan di sini untuk makanan kita, kan, Bu?” sahut Cliff dengan polos.

“Ibu? Jangan pernah memanggilku ibu dengan mulut kotormu itu. Aku tidak sudi mendengarnya!!” bentaknya yang membuat Cliff terlonjak kaget.

“Anda ini istri ayahku, bukan? Itu artinya anda adalah ibuku juga.” Kini kemarahan Rose sudah mencapai batas. Dia seorang vampir darah murni, tentu dia memiliki kemampuan alami untuk melindungi dirinya sendiri. Dia gunakan kemampuannya itu untuk menyiksa Cliff.

Cliff seketika berdiri dari duduk ketika tiba-tiba api membakar tubuhnya. Entah dari mana datangnya api itu, Cliff sama sekali tidak memahaminya. Satu hal yang dia tahu, kini api yang berkobar besar itu tengah membakar punggungnya.

“Akkhh! Panas, panas, toloooong!!!” teriaknya sambil mencoba menepuk-nepuk api yang membakar punggungnya dengan kedua tangan. Namun, tentu saja dia kesulitan untuk memadamkannya.

“Ibu, tolong aku. Panas sekali,” pinta Cliff lirih tapi permintaannya itu justru semakin menyulut emosi Rose. Kini bukan hanya punggungnya bahkan kedua kaki dan tangannya pun ikut terbakar. Rasa panas yang lebih menyiksa dibandingkan ketika kulitnya terbakar sinar matahari tengah dirasakan Cliff. Dia mengguling-gulingkan tubuh di lantai berharap api itu akan padam. Akan tetapi, semua usahanya sia-sia seolah api yang membakarnya itu merupakan api abadi yang tidak akan bisa dipadamkan.

Sedangkan Rose hanya menatap dengan senyuman mengembang di wajah melihat penderitaan Cliff. Mungkin jika dia tidak mengingat bahwa Cliff putra dari suaminya dan tidak mengingat betapa mengerikannya kemampuan alami yang dimiliki suaminya, dia pasti akan membiarkan api itu membakar habis tubuh Cliff hingga menjadi abu. Namun, rasa takut yang menderanya ketika membayangkan kemarahan Rowan jika dia mengetahui putranya mati di tangannya, akhirnya membuat dia terpaksa memadamkan api itu.

Cliff dengan tubuh yang nyaris gosong tengah terkapar tak berdaya di lantai. Asap putih jejak dari api masih mengepul dari tubuhnya. Kulitnya yang terbakar api tampak melepuh dan berwarna hitam. Napasnya terengah dengan tatapan kosong di matanya, dia hanya tidak menyangka akan merasakan kesakitan yang mengerikan seperti itu. Dibakar hidup-hidup, tidak ada lagi penderitaan yang lebih besar dari itu menurut Cliff, mungkin semua orang pun akan berpikiran sama jika berada di posisi Cliff.

Rose berjongkok di samping Cliff, memperhatikan sosok anak laki-laki yang begitu dibencinya nyaris meregang nyawa. Bahkan kondisinya sangat menyedihkan saat ini.

“Jika bukan karena kau ini anaknya Rowan, api tadi pasti sudah membakarmu hingga menjadi abu. Jangan pernah membuatku marah jika kau tidak ingin dibakar lagi oleh api milikku. Kau mengerti?!!” tegur Rose dengan volume suara tinggi. Cliff yang tak sanggup lagi membedakan antara kenyataan dan ilusi hanya terdiam, tidak menyahut sama sekali.

“Jangan pernah memanggilku dengan sebutan ibu lagi. Panggil aku nyonya karena aku adalah pemilik kastil ini. Nyonya besar di kastil ini. Kau bisa tinggal di sini berkat belas kasihanku,” ucapnya lagi, kali ini dia berbisik tepat di telinga Cliff. Namun, lagi-lagi Cliff hanya terdiam dengan tatapan kosong. Mulai tersulut emosi karena ucapannya diabaikan, Rose menarik tangan Cliff dan menyeretnya dengan paksa.

Tubuh Cliff terombang-ambing bergesekan dengan lantai yang dingin karena Rose masih menyeretnya paksa, entah ke mana dia akan membawa Cliff. Cliff sendiri tak bisa melakukan perlawanan apa pun mengingat tubuhnya bahkan tak bisa digerakkan karena luka bakar yang cukup parah.

Rupanya Rose membawa Cliff ke sebuah ruangan. Begitu pintu ruangan itu dibuka, aroma busuk menyeruak yang akan membuat siapa pun yang menghirupnya akan merasa mual. Rose menutup hidung dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan dia gunakan untuk melemparkan tubuh tak berdaya Cliff ke dalam ruangan itu. Lalu dia tutup pintu itu dan dia kunci agar Cliff tidak bisa keluar.

Di dalam ruangan … meski Cliff merasakan sekujur tubuhnya sakit dan tak bisa digerakkan tapi dia masih bisa menatap ke sekeliling. Kedua matanya membulat sempurna ketika melihat sumber aroma busuk di dalam ruangan itu. Ada banyak tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa dengan kondisi mereka yang mengenaskan tengah digantung, seolah mereka itu hewan yang siap untuk dipanggang. Sebagian besar tubuh mereka tidak memiliki kepala, mungkin memang sengaja kepala mereka dipisahkan dari tubuh mereka. Cliff semakin membelalak ketika melihat kepala-kepala mereka berserakan di lantai. Sungguh biadab perbuatan vampir-vampir penghuni kastil ini menurut Cliff. Melihat pemandangan ini dia pun menyadari bahwa darah yang berada di dalam wadah yang nyaris dia minum tadi merupakan darah dari manusia-manusia tidak berdosa ini.

Lagi … dia teringat kebiadaban Nick dan teman-temannya yang dia lihat beberapa jam yang lalu. Mereka tampak menikmati ketika menyiksa wanita-wanita tak berdaya itu, dengan lahap para vampir kejam itu meminum darah mereka hingga kering. Dalam hati, Cliff berjanji tidak akan sudi lagi meminum darah yang tersaji di ruang makan lagi meski ayahnya yang menyuruhnya untuk meminumnya sekalipun.

Pada awalnya Cliff mengira bahwa berbeda dengan Nick yang membencinya, sikap Rose yang menunjukkan perhatian di depannya merupakan bukti bahwa Rose menerimanya sebagai anggota keluarga di Kastil ini. Namun, kejadian tadi telah meruntuhkan semua pemikirannya. Kini dia tahu tidak ada satu pun dari penghuni kastil ini yang menerima keberadaannya. Bukan hanya di kastil ini saja, bahkan vampir-vampir yang ditemuinya ketika mengelilingi daerah ini pun memperlihatkan tatapan tidak suka ketika melihatnya. Dari tatapan mereka, cukup jelas bagi Cliff untuk menyadari bahwa keberadaannya tidak diterima di daerah kekuasan Klan Dawson ini. Bahkan mungkin semua vampir Klan Dawson tidak sudi menerimanya sebagai bagian dari klan ini.

“Ibu … aku ingin pergi ke tempatmu berada. Aku tidak tahan lagi hidup seperti ini,” gumamnya dengan lelehan air mata membanjiri wajahnya.

Sedangkan di tempat lain, Nick mengernyitkan alis ketika melihat raut ceria di wajah ibunya. Sesuatu yang jarang dilihatnya karena selama ini ibunya itu selalu menunjukkan raut murung. Dia terka wajah murung ibunya itu pasti disebabkan oleh kekasaran ayahnya. Nick sangat menyayangi ibunya, bahkan rasa sayangnya pada Rose melebihi rasa sayang seorang anak pada ibunya. Ironis memang tapi bagi vampir darah murni pernikahan antara saudara kandung yang memiliki darah yang sama dalam tubuh lazim dilakukan guna menjaga garis keturunan darah murni.

Nick pasti akan dikira gila jika orang lain mengetahui dia memiliki perasaan cinta pada ibunya sendiri. Bagi Nick sosok ibunya itu sangat sempurna. Dia cantik, anggun, berwibawa, berkharisma dan yang membuat rasa cinta tumbuh di dalam hatinya untuk sang ibu karena ibunya wanita yang tegas, kuat dan ambisius. Nick sangat tergila-gila pada ibunya karena itulah dia tak bisa menerima perlakuan kasar ayahnya. Nick selalu menyembunyikan perasaan cintanya pada wanita yang melahirkannya itu karena dia tahu betapa ibunya sangat mencintai ayahnya. Meski sepertinya cinta sang ibu pada ayahnya bertepuk sebelah tangan. Nick bersumpah akan selalu menjaga ibunya meski dia harus mempertaruhkan nyawanya sekalipun karena baginya ibunya itu lebih berharga dari apa pun, bahkan dari dirinya sendiri.

“Ibu terlihat bahagia sekali hari ini,” ucap Nick yang membuat Rose yang tengah menyisir rambut sambil bersenandung pelan seketika menoleh ke arah putranya.

“Begitulah. Kau tahu tadi ibu nyaris melenyapkan nyawa anak haram itu,” sahutnya. Nick mendudukkan diri di samping sang ibu, dia tatap lekat-lekat wajah mengagumkan sekaligus menawan milik ibunya. Wajah yang selalu berhasil membuatnya terpesona. Nick selalu merasa heran kenapa ayahnya tidak tertarik pada wanita sempurna seperti ibunya itu.

“Hm, memangnya apa yang ibu lakukan padanya?” tanya Nick lagi masih dengan tatapan yang lekat tertuju pada wajah ibunya.

“Dia memanggilku ‘ibu’ lagi, aku muak sekali mendengarnya. Lalu aku menyiksanya dengan kemampuanku.”

“Hoo, seharusnya ibu bakar saja tubuhnya sampai menjadi butiran debu.”

“Ibu juga inginnya begitu. Tapi ibu teringat pada Rowan, dia pasti akan murka jika tahu ibu membunuh anak kesayangannya. Tapi ibu senang sekali melihat penderitaan anak itu. hahahaha …” Rose tertawa lantang menunjukkan kepuasan yang dirasakannya setelah menyiksa Cliff sedemikian rupa.

“Lalu di mana anak haram itu sekarang?”

“Ibu mengurungnya bersama mayat-mayat manusia yang membusuk. Biarkan dia ikut membusuk di sana,” timpal Rose sambil meremas kuat sisir yang berada dalam genggamannya. Nick menyadari betapa ibunya itu begitu ingin melenyapkan Cliff, meski tak dipungkiri dia pun memiliki keinginan yang sama.

“Dia tidak akan mati jika hanya dikunci di ruangan itu. Lagi pula dia itu vampir seperti kita, lukanya akan membaik dan sembuh dengan sendirinya. Aku punya rencana hebat untuk menyingkirkannya tanpa harus kita sendiri yang turun tangan.” Seringai Nick yang mengundang penasaran di benak Rose.

“Apa rencanamu, Nick?” tanyanya tak sabar ingin mendengar rencana hebat yang sepertinya dimiliki oleh putra kesayangannya itu.

“Ibu akan segera mengetahuinya. Yang pasti dia akan mati tanpa kita sendiri yang harus membunuhnya. Dan kujamin ayah juga tidak bisa menyalahkan kita atas kematiannya, jadi kita tidak perlu takut akan dihukum olehnya.” Nick semakin menyeringai lebar sedangkan Rose hanya tersenyum senang meskipun dia masih penasaran dengan rencana hebat yang dikatakan oleh Nick.

The Dawson Clan

The Dawson Clan

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Cliff selalu merasa hidupnya berbeda dengan orang lain. Dia selalu dikurung di ruangan gelap nyaris tanpa cahaya oleh ibunya. Dia pun tidak bisa memakan makanan yang biasa disantap orang lain, hanya mencium aroma makanan itu, dia akan mual dan muntah. Hanya darah satu-satunya yang bisa menjadi makanannya. Dia pun heran karena kulitnya akan terbakar jika terkena sinar matahari. Dia sungguh tidak mengerti dengan kehidupannya. Suatu ketika, Cliff pergi ke hutan terlarang atas permintaan ibunya dalam surat wasiat. Di sanalah dia bertemu dengan seorang pria yang mengklaim diri sebagai ayahnya. Cliff nyaris tak percaya ketika mengetahui jati dirinya adalah seorang vampir berdarah campuran, karena ayahnya seorang vampir darah murni. Atas ajakan sang ayah, dia tinggal bersama keluarga ayahnya yang tidak lain merupakan keluarga vampir bangsawan. Penderitaan Cliff semakin menjadi karena dia tak diakui oleh keluarga barunya, dia dianggap sebagai aib keluarga. Hidupnya semakin rumit ketika jatuh cinta pada tunangan kakaknya. Namun, sebuah tragedi telah merubah kehidupan Cliff. Kini, hatinya penuh dengan kebencian dan dendam. Dia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu vampir. Dia pun bertekad akan membasmi semua vampir di bawah garis keturunan Klan Dawson, meskipun pada akhirnya dia harus membunuh ayahnya sendiri yang merupakan pemimpin Klan Dawson. Ikuti kisah Cliff Dawson, vampir berdarah campuran yang mengalami berbagai macam penderitaan dan ambisinya untuk membinasakan klannya sendiri.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset