Sesampainya di rumah Daza bukan semakin merasa membaik tapi justru pikirannya makin kemana-mana, apalagi orang pertama yang Daza dilihat adalah adiknya, Rara. Bagaimana mungkin ia akan diam saja saat mengetahui masalah runyam itu, dan lagi jika Rara tahu mungkin gadis itu akan semakin kekeh membatalkan perjodohan dan tidak akan memilih Elzar ataupun Edgar. Hah, rasanya Daza ingin berteriak sekeras mungkin agar beban pada pundaknya sedikit ringan.
“Dari mana kok sore baru pulang?” Tanya Rara dengan mengerutkan keningnya, mata gadis itu menelisik penampilan kakaknya dari atas sampai bawah. “Tumben pakaiannya berantakan,” perkataan Rara mampu membuat Daza bungkam, ia tidak mungkin mengatakan jika tadi ia sempat ke club’ kan.
“Dari kantor dan tadi kakak ke apartemen ada masalah yang tidak bisa kakak selesaikan sendiri jadi ya gitu, kesel sendiri,” ya jawaban Daza masuk akal dan membuat Rara mengangguk begitu saja. Kebiasaan Daza ketika sedang kesal memang membuat penampilan jadi acak-acakan dan wajah tampak kusut.
“Papa sudah pulang Ra?” Tanya Daza sambil memejamkan mata dan menyender pada sandaran sofa ruang keluarga. “Susah kak, bunda juga sudah di rumah,” sahut Rara dengan santai sambil memainkan ponselnya.
Daza ingin menceritakan masalah ini pada papanya, mau bagaimanapun mereka juga harus tahu dan mungkin ada jalan keluar untuk kedua saudara yang tengah mencintai Rara. Daza memang sedikit khawatir setelah mencari tahu bahwa Edgar memiliki sisi temperamental dan itu seperti sisi lain dari Edgar yang jarang di tunjukkan pada orang lain. Meskipun Daza memejamkan mata tapi sejujurnya ia tidak benar-benar tidur karena pikirannya yang bercabang kemana-mana. Hingga saat suara Rara mengudara membuat semua pikiran Daza buyar begitu saja.
“Beli mie ayam depan komplek yuk kak!” Ajak Rara dengan senyum lebar kakaknya, tidak lupa gadis itu memeluk lengan kakaknya dan bersikap manja. “Ya ya ya!” Lanjut Rara, karena Daza hanya menatapnya tanpa menjawab.
Daza akhirnya mengangguk dan hal itu membuat Rara bersemangat untuk membeli mie ayam langganannya. Saat menemani adiknya membeli mie ayam Daza lebih banyak diam.
Sesampainya di rumah Rara langsung pergi ke kamarnya untuk menonton drama Korea yang lagi booming akhir-akhir ini. Sedangkan Daza memilih untuk ke teras rumah untuk sekedar merokok sebagai penghilang penat.
Di dalam kamar Rara yang tengah asyik menonton drama Korea tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Saat ia melihat rupanya Darrel yang tengah melakukan panggilan telepon. Dengan berat hati Rara mengangkatnya agar tidak berisik.
“Ada apa?” Bukan berbasa-basi tapi Rara memilih to the point
“Ra, aku mohon kita ketemu malam ini di cafe xx oke,”
“Gue gak bisa!” Ketus Rara. Tapi Darrel tidak menyerah begitu saja.” Kumohon Ra, aku cuman mau menjelaskan sesuatu yang penting sama kamu, please!” Pinta Darrel dengan memohon.
Rara tentu tidak tega, mau bagaimanapun dulu Darrel dulu pernah mengisi hatinya bahkan mengukir kenangan indah bersama. Rara sedikit berpikir dan akhirnya ia menyetujui permintaan Darrel, Rara menerima permintaannya bukan berarti masih mencintai laki-laki itu tapi harapannya agar dia tidak mengganggunya lagi.
“Oke jam 7 dan gue kasih waktu 30 menit buat bicara.” Setelah mengatakan itu Rara langsung mematikan panggilan sepihak, sedangkan di seberang sana Darrel mengumpat karena merasa diabaikan oleh Rara.
***
Saat ini Darrel tengah tersenyum licik setelah menelepon Rara. “Maafkan gue Ra,”. Entah apa yang tengah direncanakan Darrel tapi ia cukup mencurigakan. Selama bersama Rara Darrel terkenal dengan sosok yang romantis dan penyayang tapi semua itu terpatahkan saat tersebar kabar bahwa Darrel selingkuh.
Di balkon kamarnya Darrel tengah menatap lurus ke arah depan, dengan sesekali menyesap wine yang ada pada genggamannya. Jujur saja Darrel tidak ingin kehilangan Rara, boleh di bilang kadar cinta Darrel pada Rara berubah menjadi sebuah obsesi.
Darrel belum tahu jika Rara sudah di jodohkan, mungkin jika laki-laki itu tahu dia akan semakin gila. Tanpa laki-laki itu tahu jika selama ia bermasalah dengan Rara, ia tengah diintai oleh anak buah Daza.
Malam pun tiba, dimana setiap manusia memilih untuk berlindung di kediamannya dari pada keluar dengan udara malam yang tidak baik untuk kesehatan. Tapi tidak berlaku bagi mereka anak muda yang tengah menikmati masa-masa mudanya seperti sekarang ini Darrel yang sudah siap untuk menemui gadis yang dicintai.
Sesampainya di caffe tempat Darrel janjian dengan Rara, laki-laki itu segera masuk dan memesan makanan ringan sekaligus dengan minuman kesukaan Rara. Saat pesanan di antarakan pada meja yang Darrel tempati dengan cekatan laki-laki itu mengeluarkan sebuah bungkusan putih kecil dari dalam saku dan membukanya, ternyata itu sebuah serbuk dan memasukkan ke dalam minuman Rara.
Darrel mengira jika rencananya kali ini akan berjalan mulus, ia tidak tahu setiap gerak geriknya ada yang mengawasi bahkan memotretnya.
***
Sedangkan Rara yang masih berada di perjalanan tengah menahan rasa gelisah, karena tadi ia kabur dari rumah menggunakan pintu belakang. Jika sampai Daza tahu kemana ia pergi sudah dipastikan akan mendapatkan amukan dari kakaknya itu.
“Duh, gimana kalau kakak tahu aku gak ada di kamar,” gumam Rara pelan sambil menggigit kuku jari telunjuknya.
Tidak lama kemudian taxi yang ditumpangi Rara berhenti tepat di depan caffe xx. Tanpa berlama – lama Rara segera masuk dan sedikit celingukan mencari keberadaan Darrel. Dan ketemu, Rara melihat Darrel yang tengah melambaikan tangan padanya.
“Hai sayang!” Sapa Darrel dengan senyum mengembang.
“Jangan pernah panggil gue sayang lagi!” Sahut Rara dengan ketus dan tatapan sinis.
“Ra, gue mohon maafin gue. Waktu itu gue khilaf dan dia yang goda gue duluan,” ucap Darrel dengan suara lembut. “Gue maafin tapi gue gak bisa melanjutkan hubungan kita. Kita putus!” Seketika Darrel yang mendengar emosi mulai naik tapi ia harus mengontrol dan jangan sampai lepas kendali karena rencananya belum terlaksana.
“Oke, kalau itu mau Lo gue terima dan maafin gue Ra udah bikin Lo sakit hati,” sahut Derrel dengan lesu.
“Tapi Lo makan makanan dan minuman yang gue pesan sayang kalau hanya di anggurin!” Rara hanya mengangguk saja tanpa merasa curiga pada Derrel.
Saat Rara mengambil minuman Darrel diam-diam menyunggingkan senyum miring tanpa sepengetahuan Rara, tapi saat gelas itu hampir menyentuh bibir Rara justru ada orang yang dengan tidak sengaja menabrak Rara hingga membuat minuman yang seharusnya diminum oleh Rara jatuh dan rencana Darrel gagal seketika.
“Anjing!” Maki Darrel dalam hati.
“Heh lo punya mata kan, lo lihat akibat kecerobohan Lo ini cewek gue jadi basahkan bajunya!” Maki Darrel sambil menatap tajam orang yang sudah menabrak Rara.
“Ra, kamu gak apa-apa kan?” Darrel panik langsung mendekat ke arah Rara dan mengambil sapu tangan dalam sakunya.” Sini sayang aku bantu bersihin!” Rara muak dengan panggilan sayang tersebut langsung memasang wajah cuek dan memutar bola matanya malas.
“Maaf mbak saya tidak sengaja,” ucap orang yang sudah menabrak Rara dengan tulus.
“Iya mas gak apa-apa kok,” sahut Rara dengan senyum yang mengembang.