Siang ini Adzkhan merasa pusing pada kepalanya, semalam ia tidak bisa tidur lantaran memikirkan masalah kedua putranya yang ternyata mencintai satu gadis yang sama. Ia merasa bodoh, karena tidak mencari tahu siapa gadis yang tengah membuat kedua putranya kasmaran dan sekarang justru menimbulkan masalah yang rumit. Adzkhan memijat pangkal hidungnya, pundaknya terasa berat saat ini. Jujur saja sebenarnya Adzkhan ingin membatalkan perjodohan ini saat tahu jika kedua putranya terlibat perang dingin hanya karena satu gadis. Tapi Eva justru melarang dengan dalih tidak enak dengan keluarga Savier apalagi Elzar memang sudah lebih dulu mencintai Rara ketimbang Edgar.
Ya, Eva memang tahu jika Elzar lah yang lebih dulu jatuh cinta pada Rara, karena saat itu anak sulung Adzkhan ini ternyata curhat pada mamanya secara diam-diam, saat itu Eva begitu bahagia mendengar Elzar yang menemukan cintanya tapi saat ini justru rasa khawatir dan cemas yang bersarang dalam hati Eva, sebagai orang tua ia tidak mau jika kedua anaknya saling bermusuhan.
“Pa, biarkan Rara saja yang menentukan mau dengan Elzar atau Edgar,” celetuk Eva sambil mengelus punggung suaminya.
“Tapi mah, aku gak enak sama Savier. Sepertinya kita harus bertemu dengan Savier dan istrinya lalu menjelaskan masalah yang tengah terjadi,” sahut Adzkhan yang sudah merasa pusing.
“Jangan gegabah dulu pa, sebaiknya kita bicara sama Elzar dan Edgar secara baik-baik, kalau sampai Savier tahu justru masalahnya akan makin besar dan kemungkinan membuat Rara menolak keduanya. Pah, selama ini Elzar sudah sangat lama berusaha untuk menemukan cintanya setelah kehilangan lima tahun lalu, selain itu usia Elzar sudah cukup untuk menikah, mama tidak mau Elzar terus terpuruk pah, sejak Elzar cerita ia jatuh cinta pada seorang gadis mama benar-benar bahagia dan mama bersyukur banget tapi siapa sangka jika Elzar sekarang harus bersaing dengan adik kandungnya,” jelas Eva panjang lebar dengan air mata yang ikut menetes.
Sekarang Adzkhan harus bisa mengendalikan emosi Edgar, jika Elzar terkenal dengan tegas dan berwibawa masih bisa untuk mengontrol emosi dan berpikir dewasa dalam situasi apapun, berbeda dengan Edgar yang tidak bisa mengendalikan emosi dan selalu bertindak seenaknya serta gegabah.
Malam harinya, tanpa basa-basi Adzkhan memanggil Edgar untuk masuk ruang kerjanya. “Ada apa pah?” Tanya Edgar dengan santai sambil duduk di sofa ruang kerja papanya.
“Papa, mau bicara sama kamu dan tolong dengarkan serta pertimbangkan dengan baik Gar. Papa minta kamu jauhin Rara sebelum kamu terlalu jauh main perasaan dengan calon istri kakakmu sendiri,”
Deg
Edgar tidak salah dengarkan, ia di suruh jatuhin Rara yang jelas-jelas gadis yang mampu membuat sifat dinginnya menjadi hangat. Tentu saja Edgar tidak akan mau dan tetap pada pendiriannya untuk memperjuangkan Rara.
“Maaf pah, kalau soal itu Edgar gak bisa lebih baik kakak saja yang mengalah toh dulu dia begitu keras menolak perjodohan itu,” sahut Edgar dengan santai tapi tatapannya begitu serius.
“Dengar Edgar, perjodohan antara kakak kamu dan Raquel tidak bisa di batalkan dan tolong jangan membuat masalah menjelang pertunangan mereka, dan satu lagi papa mohon kali ini kamu mengalah untuk kakak kamu!” Mendengar semua ucapan Papanya Edgar merasakan emosinya naik bahkan tangannya terkepal begitu kuat.
“Tidak akan pah!” Sahut Edgar pelan tapi penuh penekanan.
“Edgar!” Pekik Adzkhan yang sudah tidak bisa menahan amarahnya. Ia sangat pusing jika harus mengontrol tindakan gegabah Edgar yang tidak pernah berpikir matang sebelum bertindak.
“Papa sekarang bentak aku, Pah kenapa kesannya papa pilih kasih?” Edgar mengatakan itu dengan napas memburu.
“Edgar, papa tidak pernah pilih kasih tapi tolong untuk kali ini kamu mengalah dari kakakmu, ingat jika kakakmu pernah kehilangan cintanya lima tahun lalu dan membuatnya enggan membuka hati untuk perempuan lain dan sekarang kakakmu sedang merasakan jatuh cinta lagi Gar, apa kamu tega melihat kakak kamu sendiri kembali terpuruk?” Jelas Adzkhan dengan pasrah.
Edgar tidak lupa bagaimana kakaknya dulu kehilangan kekasihnya yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, saat itu Elzar benar-benar terpuruk dan berkat dukungan keluarga, akhirnya bangkit tapi menjadi sosok yang tegas dan berwibawa bahkan sangat dingin saat berinteraksi dengan perempuan. Edgar sendiri sebenarnya juga tidak menyangka jika kakaknya semudah itu jatuh cinta pada Rara.
“Pikirkan Edgar, papa menyuruhmu mengalah bukan tanpa alasan,” Edgar yang tadinya sibuk dengan pikirannya langsung menatap Papanya saat itu juga.
“Sepertinya Edgar gak bisa pah, karena Rara juga berarti untuk Edgar,” setelah mengatakan itu Edgar beranjak pergi meninggalkan ruang kerja papanya. “Tunggu Gar!” Seru Adzkhan saat mihag putranya keluar dari ruang kerja.
Edgar seolah menulikan pendengaran, ia tetap melangkah menuju kamarnya tanpa menulikan panggilan dari Adzkhan, sekarang di ruang kerja Adzkhan semakin pusing memikirkan bagaimana kedua anak nya nanti bersaing untuk merebut hati satu gadis yang sama.
“Huh, aku harus sabar menghadapi Edgar,” gumam Adzkhan dengan pelan.
Pikiran Adzkhan bercabang kemana-mana tanpa sadar jika Elzar masuk ruang kerjanya dan sudah duduk di hadapan Adzkhan yang masih menundukkan kepala. “Pah!” Panggil Elzar pelan tapi cukup membuat Adzkhan sedikit terkejut.
“El, sejak kapan kamu ada di sini?” Tanya Adzkhan sambil mengernyitkan keningnya.
“Baru aja pah, ada yang harus El bicarakan sama papa soal Edgar yang juga mencintai Rara,” Adzkhan yang mendengar terdiam, bagaimana sekarang ia harus bersikap ia masih bimbang. Apalagi Edgar baru saja mengatakan jika tidak mau mengalah.
“Biarkan Rara yang memilih antara aku atau Edgar pah, jadi papa tidak perlu khawatir tentang masalah ini,” sedangkan Adzkhan mengerutkan keningnya, ia tidak habis pikir pada Elzar bahkan saat perang dingin dengan adiknya ia tetap memikirkan Edgar. Sungguh Adzkhan bangga pada putra sulungnya.
“El, apa kamu yakin? Jika Rara memilih adikmu bagaimana denganmu?” Adzkhan hanya ingin memastikan.
“Tidak apa-apa pah, bukankah kalau kita mencintai seseorang harus bisa merelakan agar dia bahagia?” Sahut Elzar dengan senyum tipisnya.
Adzkhan tersenyum lalu bangkit dan menepuk pundak putra sulungnya, kini ia semakin yakin jika Rara nanti mendapatkan Elzar itu artinya dia adalah gadis yang beruntung karena dibalik sifat tegas Elzar di sana terdapat kelembutan dan kasih sayang.
Tanpa mereka berdua sadari ternyata Edgar sejak tadi mendengar percakapan kedua orang yang merupakan kakak dan papanya. Ia mengepalkan tangannya karena egois terhadap kakaknya, lihat bahkan saat mereka perang dingin pun kakaknya masih memikirkan dirinya. Edgar tadinya ingin ke kamar tapi saat mendengar mobil kakaknya pulang ia menghentikan langkahnya sampai ia melihat kakaknya masuk ruang kerja papanya. Karena penasaran akhirnya Edgar mendekat ke ruang kerja tersebut.