“Hallo, kak bisa jemput aku di villa sekarang? Aku kirim alamatnya,” Rara menelpon Daza untuk menjemputnya di puncak, ia ingin pulang dan ingin menenangkan pikirannya setelah dibuat syok oleh Elzar. Rara tidak mengatakan apapun pada Daza bahkan saat ini Rara juga tidak berbicara pada Elzar, entahlah hati dan pikiran Rara sekarang sedang runyam. Ia bingung harus menanggapi seperti apa perkataan Elzar tadi.
Rara tentu terkejut mengetahui Edgar mencintainya, waktu ia baru memergoki Darrel berselingkuh sebenarnya Rara mendengar bahwa Edgar menyatakan perasaannya meskipun pelan, tapi saat itu Rara beranggapan jika Edgar tidak serius dan hanya gurauan semata. Tapi apa, ternyata serius dan yang bikin Rara pusing adalah Elzar calon suaminya yang juga mengaku bahwa sudah mencintai dirinya sejak pertemuan pertama di toko buka dan sekarang adiknya juga mencintai dirinya, sungguh Rara bingung harus bagaimana.
“Ra, kenapa harus telepon Daza?” Tanya Elzar dengan raut tidak terima, apalagi mendengar bahwa Rara menurut Daza menjemput, itu artinya Rara memilih pulang dan tidak melanjutkan menginap di villa.
“Maaf kak, aku butuh waktu sendiri setelah mendengar semua penjelasan kak Elzar tadi dan jujur kak aku bingung harus menanggapi seperti apa tapi yang harus kakak tahu bahwa aku tidak tertarik dengan Edgar kak,”
Elzar memaklumi sikap Rara sekarang, tapi seulas senyum terbit dari bibirnya ketika mendengar kalimat terakhir yang Rara ucapkan. Seketika ada rasa bahagia di hatinya mendengar bahwa Rara tidak tertarik pada Edgar. Elzar memilih masuk ke dalam kamar villa lalu berteriak merutuki diri sendiri, ia bodoh sudah merusak acara yang seharusnya menjadi waktu untuk saling mengenal justru harus hancur karena pertanyaan dan juga pernyataan Elzar.
“Aaarggg! Harusnya gue gak bilang begitu dasar bego!”
Prang
Elzar meluapkan emosinya sambil memukul cermin lalu menghempaskan sebuah guci yang ada dalam kamar tersebut. Seharusnya Elzar membuatkan Rara tidak mengetahui jika Edgar mencintai gadis itu. Sekarang ada rasa takut yang menjalar dalam hati Elzar, bagaimana jika nanti Rara memilih mundur dari perjodohan ini dan menjadikan penjelasannya tadi sebagai alasan.
“Gue harus bicara sama Daza nanti,” gumam Elzar dengan tangan mengepal.
***
Sedangkan ditempat lain saat ini Darrel tengah berada di club’ malam, ia menikmati malam sambil menegak vodca, ia masih tidak terima jika Rara memutuskannya. Bahkan saat cowok itu mabok justru nama Rara yang terus di panggil dan membuat temannya muak, lalu menyeret Darrel keluar dari club itu.
“Lo gila, udah teler begini masih aja minum hah!” Bentak teman Derrel yang diketahui bernama Tino.
“Heh Tin, Lo diam aja deh gue tuh lagi butuh pelampiasan, gue di putusin sama Rara asal Lo tahu,” sahut Darrel dengan suara yang tidak begitu jelas karena mabuk, untunglah Tino memiliki pendengaran yang cukup tajam. “Gue tahu dan itu salah Lo Der, gak seharusnya Lo selingkuhin gadis secantik Raquel,” sahut Tino dengan nada yang terdengar emosi, kesal dan bingung menjadi satu.
“Sialan! Gue emang bego bego bego,” maki Darrel pada diri sendiri sambil memukul kepalanya sendiri. Seketika Tino langsung menghentikan aksinya dan langsung membawa Darrel dalam mobil untuk diantarkan pulang.
***
Jika Darrel tengah merasa frustasi justru Aira tengah berada di dalam kamarnya sambil memasang ke arah foto Elzar, cewek itu sudah seperti obsesi tingkat akut, bahkan saat ini tengah senyum-senyum sendiri dengan tatapan yang penuh dengan ambisi. “Gue yakin, kak Elzar bakalan jadi milik gue secepatnya dan akan ninggalin gadis udik kek Rara hahah,” ucapnya sambil tertawa keras, untunglah kamar
Aira merencanakan hal yang akan akan membuat Elzar dan Rara saling menjauh, dan itu semua akan ia mulai esok hari, Aira mempercepat rencananya saat mendengar kabar bahwa acara pertunangan Rara dan Elzar akan segera diselenggarakan dan justru Sancoko mengajaknya ke acara itu, Aira harus pura-pura tersenyum di hadapan papanya dan sampainya di kamar, cewek itu berteriak histeris.
“Gue akan buat Lo malu Ra dan membuat Elzar tidak Sudi menikah dengan Lo hahahah,” Aira sudah seperti orang gila berbicara sendiri dan tertawa dengan kencang.
Aira seharusnya tahu siapa yang akan dihadapi jika berani membuat Rara ataupun Elzar kenapa-kenapa apalagi berniat memisahkan. Keluarga besar Javieto dan Fahrari bukan sekedar berpengaruh tapi juga sangat berkuasa, harusnya Aira mempertimbangkan dengan baik jika berurusan dengan kedua marga itu dan papanya sudah memperingati, tapi nyatanya cewek itu tidak menggubris.
Savier dan Adzkhan adalah orang yang bisa melakukan apapun dan tidak pandang bulu jika ada orang yang berniat jahat pada keluarganya. Dan Aira adalah orang yang sangat berani menargetkan Rara demi mendapatkan Elzar. Savier diam-diam memiliki jaringan di dunia gelap bahkan laki-laki paruh baya itu terkenal dengan kekejamannya saat di dunia bawah sedangkan Adzkhan dia terkenal lemah lembut jika di luar tapi saat berhadapan dengan musuh apalagi sampai berani menyentuh keluarganya ia akan bertindak lebih kejam dari psikopat dan fakta itu masih menjadi rahasia di masing-masing keluarga mereka.
***
Di villa kini Rara kekeh untuk pulang, meskipun Elzar sudah memohon agar ia tetap disini dan pulang bersamanya esok hari agar kedua orang tuanya tidak menaruh rasa curiga, meskipun nanti Daza pasti memiliki alasan yang logis. Sekarang Daza sedang berada di ruang tengah bersama Elzar, mereka membicarakan perihal apa yang membuat Rara sampai minta di jemput dan kekeh mau pulang dan Elzar dengan berat hati mengatakan apa adanya.
“Lo kenapa bisa mengatakan semua itu sama Rara El?” Tanya Daza dengan nada sedikit emosi sambil mengusap wajahnya kasar.
“Jujur Daz, gue mulai takut kehilangan Rara makanya gue tanya sama dia dan harusnya gue sebelum bertanya sudah tau bagaimana reaksi dia,” sahut Elzar dengan penuh penyesalan.
“Lo terkenal sebagai sosok yang teliti dan cermat dalam segala hal El, lalu kenapa di saat ada masalah begini Lo ceroboh banget,” cecer Daza, tentu Daza kesal dengan Elzar sekarang.
“Sebaiknya biarkan Rara tenang dulu, minimal selama satu minggu jangan temui Rara dulu dan biarkan gue yang bicara baik-baik sama dia supaya bokap dan nyokap tidak tahu perihal ini,” lanjut Daza sambil bangkit dari duduknya.
Elzar tidak berani membantah ucapan Daza, karena semua memang kesalahannya yang terlalu ceroboh, setelah Rara pulang bersama Daza, Elzar juga memilih pulang ia akan menemui adiknya yang tadi sempat mengirim pesan ingin berbicara empat mata dengan dirinya. Elzar mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, ia menahan amarah karena kecerobohannya sendiri dan berakhir melampiaskan saat dirinya berkendara. Hingga saat berada di jalan tol Elzar mulai tidak konsen nyetir, pikirannya dipenuhi dengan Rara. Tanpa Elzar sadari dari belakang ada sebuah truk dengan kecepatan tinggi dan rem blong, supir truk sudah mengklakson tapi Elzar seolah tuli, tiba-tiba mobil Elzar memelan.
Brak
Terjadi tabrakan beruntun dari arah belakang dan mobil Elzar berada di paling depan. Elzar pingsan dengan keadaan mobil yang mengeluarkan asap, seketika orang berkendara di sekitar menghentikan laju kendaraan dan menolong Elzar yang tak sadarkan diri di dalam mobil. Mereka semakin panik karena mobil Elzar semakin banyak mengeluarkan asap, sedangkan truk di belakang sudah ringsek bagian depan dengan supir mengalami luka serius.