“Jangan bercanda Dokter. Kamu punya kekasih yang sedang melanjutkan pendidikkan nya. Bagaimana perasaan nya jika kembali Dokter justru menikahi dokter junior nya? Maaf aku tidak bisa,” ucap Icha lalu setengah berlari melarikan diri dari Suga.
“Icha tunggu ! Aku belu selesai bicara dengan mu !” teriak Suga berdiri dari duduk nya.
Hari hari berikut nya Suga tak bisa menemui Icha karena Icha meminta di pindah kan ke kelompok lain.
Sebulan kemudian saat Icha sedang memeriksa pasien di Unit Gawat Darurat kepala nya terasa sangat pusing dan perut nya sangat mual saat melihat cairan infus. Icha setengah berlari menuju toilet yang berada di ruangan tersebut.
“Huekk huekkk. Aduhhh kenapa tiba tiba sekali seperti ini sih?” ucap Icha sambil menatap ke kaca yang berada di atas wastafel. Icha tiba tiba saja mengingat sesuatu dan mengambil ponsel nya.
“Ini udah tanggal 6 juni. Berarti udah sebulan yang lalu semenjak kejadian itu dan gue belom datang bulan?” ucap Icha bermonolog menatap ke arah kaca.
“Gue harus mastiin dulu ga boleh ada yang tahu tentang ini dulu,” ucap Icha lalu keluar dari toilet dan meminta izin untuk menghirup udara luar sebentar.
“Aku harus beli alat test kehamilan jauh dari rumah sakit ini kalau ga nanti akan ada gosip yang tidak tidak. Toh kan ini juga belum tentu benar mungkin saja ini karena aku terlalu lelah,” ucap Icha lalu berjalan dengan terburu buru.
Sesampai nya di apotik Icha tak berani menanyakkan ia hanya menunjukkan gambar yang ada ponsel nya. Namun pegawai apotik mengerti apa yang di maksud Icha. Pegawai apotik mengambil alat test kehamilan dan memberikan nya pada Icha. Icha segera mengambil nya dan membayar.
Icha menuju toilet yang berada di apotik tersebut. Icha mengeluarkan alat test kehamilan tersebut dengan rasa takut. Icha membaca cara pemakaian nya yang berada di belakang kemasan nya. Icha pun mengikut langkah demi langkah.
Icha mendiamkan alat test kehamilan tersebut selama 5 menit. Icha menunggu dengan khawatir.
“Semoga saja ini salah. Aku tidak boleh mengecewakan Ibu. Aku juga tidak ingin merebut kekasih orang lain,” ucap Icha menunggu dengan cemas.
Setelah 5 menit Icha mengambil alat test kehamilan tersebut dengan mata yang tertutup.
“Satu garis, satu garis, satu garis” ucap Icha berdoa dalam hati.
Icha membuka perlahan mata nya dan membalikkan alat test kehamilan yang berada di tangan nya. Betapa terkejut nya Icha saat melihat hasil nya.
“Ya Tuhan. Apa yang harus aku katakan pada Ibu?? Apa yang harus katakan pada Dokter Suga? Aku tak bisa melakukan nya,” ucap Icha dengan wajah yang pucat.
Icha keluar dari toilet apotik tersebut dengan memasukkan alat test kehamilan tersebut ke dalam kanton celana nya. Icha berjalan menuju rumah sakit tempat ia bekerja dengan lesu.
Icha menangis di tengah perjalanan nya menuju rumah sakit. Tiba tiba saja hujan turun membasahi tubuh nya.
“Ahh bahkan langit saja ikut menangis melihat nasib buruk ku. Aku harus bagaimana?” ucap Icha dalam hati.
Icha melanjutkan perjalanan nya menuju rumah sakit dengan menerobos hujan. Dari kejauhan Dokter Suga melihat Icha yang berjalan dengan lesu.
“Ada apa dengan nya? Bukan nya dia tipe orang yang ceria?? Kenapa muka nya sedih seperti itu?? Aku harus menghampiri nya,” ucap Dokter Suga berjalan terburu buru menghampiri Icha.
Saat hampir dekat dengan Icha, Dokter Suga menghentikan langkah nya.
“Aku tidak boleh terus mengganggu nya. Aku akan mengawasi nya dari kejauhan saja,”ucap hati Dokter Suga.
Icha terus berjalan dengan wajah yang tertunduk lemas. Dokter Suga pun terus mengikuti nya sampai di depan kafe rumah sakit Icha tiba tiba saja pingsan.
Dokter Suga yang melihat nya bergegas berlari menghampiri tubuh Icha yang sudah tidak sadarkan diri tersebut. Dokter Suga menggendong Icha dan membawa nya ke ruang Instalasi Gawat Darurat.
Dokter Suga memeriksa kondisi Icha namun di tahan oleh Dokter umum yang berjaga di ruangan tersebut.
“Dokter biar saya saja yang memeriksa nya” ucap Dokter tersebut.
“Baik lah. Saya akan menunggu di kursi itu,” ucap Suga menunjuk ke arah bangku yang tak jauh dari tempat tidur Icha.
Icha di periksa oleh Dokter umum sedetail mungkin untuk mengetahui penyebab Icha pingsan.
Melihat Dokter umum telah selesai memeriksa Dokter Suga bangkit dan menghampiri nya.
“Apa yang terjadi?” tanya Dokter Suga.
“Hhmmm anu Dokter…” ucap nya tampak ragu untuk mengatakan
“Cepat katakan ada apa !” bentak Dokter Suga.
“Ini rahasia Dokter sebaik nya saya katakan pada Dokter Icha saja atau keluarga nya jika datang,” ucap Dokter tersebut
“Katakan saja pada saya. Saya sangat dekat dengan keluarga Dokter Icha” ucap Dokter Suga berbohong.
“Hhhmm anu Dokter, berhubung Dokter Icha belum menikah jadi mungkin ini adalah aib jadi jangan katakan pada siapa pun. Dokter Icha seperti nya sedang hamil Dokter,” ucap Dokter umum tersebut membuat Dokter Suga sangat terkejut.
“Apa?! Hamil?? Sudah brp bulan perkiraan?” tanya Dokter Suga penuh penasaran
“Saya belum bisa pastikan sebelum Dokter Icha mengkonfirmasi terakhir dia haid dan ini bukan ke ahlian saya. Sebaik nya Dokter icha memeriksakan nya ke Dokter kandungan. Saya permisi dulu Dokter karena harus periksa pasien yang lain,” ucap Dokter umum lalu meninggalkan Dokter Suga bersama Icha.
Dokter Suga menatap icha dengan penuh arti. Ia sangat bahagia jika anak dalam kandungan Icha adalah darah daging nya namun ia juga sangat sedih karena Icha terlihat sangat sedih dan terbebani.
“Aku sangat yakin jika anak di dalam kandungan mu adalah anak ku tapi aku juga tidak ingin membuat mu merasa terbebani,” ucap Dokter Suga.
“Ada apa dengan Dokter Suga. Kenapa dia terlihat khawatir dengan Dokter magang seperti Icha?” ucap salah satu Suster yang berjaga di ruangan tersebut kepada Suster lain nya.
“Bukan kah Dokter Suga sudah punya kekasih?” ucap Suster satu nya.
“Oh iya. Kekasih nya Dokter senior yang sedang melanjutkan pendidikan nya itu kan?”
“Benar. Waahh bisa terjadi perang jika kekasih tahu jika Dokter Suga memiliki kekasih lain nya,”
Dalam sehari berita mengenai Dokter Suga dan Dokter Icha pun mulai tersebar di seluruh Rumah Sakit.
Setengah jam kemudian Icha kembali tersadar dan orang yang pertama ia lihat adalah Dokter Suga.
“Ada apa dengan saya Dokter?” ucap Icha.
“Kamu baru saja pingsan dan sudah di periksaoleh Dokter Umum. Icha saya perlu bicara sama kamu berdua saja. Saya tunggu kamu di ruangan saya setelah jam kerjamu selesai,” ucap Dokter Suga.
“Ada apa Dokter? Bukan kah kita bisa bicara di sini saja?” ucap Icha. Icha tidak ingin bicara berdua dengan Dokter Suga karena tidak ingin menimbulkan gosip di Rumah Sakit tersebut. Terlebih lagi ia tak ingin menyakiti hati kekasih dari Dokter Suga.
“Kamu lihat lah sekeliling mu. Semua mata tertuju pada kita jika memang kamu tidak mau malu maka temui saya di ruangan saya,” ucap Dokter Suga berbisik di depan wajah Icha. Icha pun melirik ke arah sekitar nya dan menganggukan kepala nya.
Firasat Icha tidak lah enak untuk menemui Dokter Suga terlebih lagi Icha sudah mengetahui tentang kehamilan nya.
Enam jam kemudian tugas Icha pun sudah selesai. Ia pun kembali ke ruang istirahat Residen sambil memikirkan tentang hal yang akan di bicarakan oleh Dokter Suga pada nya.
“Apa yang akan ia katakan? Pasti dia sudah tahu tentang keadaan ku yang sekarang. Apa yang harus aku lakukan?” ucap Icha sambil mengusap perut nya.
Icha pun dengan malas berjalan menuju ruangan Dokter Suga. Icha berjalan dengan perasaan nya yang campur aduk.
Sesampai nya Icha di depan pintu ruangan Dokter Suga, Icha membalikkan tubuh nya hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut. Namun Dokter Suga dengan sigap membuka pintu ruangan nya dan menahan pergelangan tangan Icha.
“Mau kemana kamu?” ucap Dokter Suga.
“Hhhmmm hehehe. Saya mau ambil ponsel tertinggal di apotik tadi,” ucap Icha memberi alasan yang sama sekali tidak berpengaruh kepada Dokter Suga.
“Baik lah kamu boleh pergi tapi saya akan langsung datang ke rumah kamu dan bertemu dengan orang tua kamu,” ucap Suga membuat langkah Icha pun terhenti dan membalikkan tubuh nya berjalan menuju ruangan Dokter Suga.
Suga pun menggelengkan kepala nya sambil mengikuti langkah Icha. Di dalam ruangan tersebut Icha duduk di sofa yang tersedia dengan menundukkan kepala nya.
Dokter Suga menghampiri Icha dan duduk tepat di hadapan Icha. Namun Icha sengaja membalikkan tubuh nya agar tak melihat ke arah Dokter Suga.