Dokter Suga dan Icha pun berjalan menuju Restoran yang sudah di tetapkan menggunakan mobil Dokter Suga.
Sesampai nya mereka di Restoran Icha dan Dokter Suga segera berjalan menghampiri Ibu dari Icha yang sudah tiba terlebih dahulu.
“Ibu sudah menunggu lama?” tanya Icha.
“Tidak Ibu baru saja tiba,” ucap nya sambil melirik ke arah Dokter Suga.
“Ahh iya Ibu, perkenalkan dia Dokter Suga. Beliau senior plus pembimbing Icha di Rumah Sakit,” ucap Icha memperkenalkan Dokter Suga pada Ibu nya.
“Selamat malam tante saya Suga. Selain Dokter senior saya juga teman dekat nya Icha,” ucap Dokter Suga memperkenalkan diri dengan membungkukkan setengah tubuh nya.
“Ahhh ya selamat malam juga nak Suga. Saya Henny, ibu dari Icha teman dekat kamu,” ucap Ibu Henny.
“Hmmm Ibu apa sudah memesan makanan?” tanya Icha dengan gugup.
“Belum. Kamu saja yang memesan. Sana cepat pesan di kasir,” ucap Ibu Henny pada Icha karena ingin berbicara pada Dokter Suga.
“Baik lah. Saya permisi mau pesan makanan dulu,” ucap Icha berpamitan pada Dokter Suga.
Icha pun pergi meninggalkan Ibu nya dengan Dokter Suga berdua.
“Silahkan Dokter Suga ada yang mau di sampaikan kepada saya?” ucap Ibu Henny pada Dokter Suga
“Hemm? Ehhh anu apa tidak perlu menunggu Icha datang dulu Tante?” ucap Dokter Suga gugup karena Ibu Henny seperti tahu dengan niat nya.
“Tidak perlu. Nak Suga mengajak saya kemari pasti ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan saya mengenai Icha bukan? Bicara lah mumpung anak nya sedang memesan makanan,” ucap Ibu Henny.
“Baik lah Tante. Hmmm begini sebelum nya saya ingin meminta maaf terlebih dahulu kepada Tante dan tujuan utama saya ingin bertemu dengan tante adalah saya… ingin sekali menikahi anak Tante yang bernama Icha. Saya sangat menyukai nya dan saya ingin melindungi nya. Tapi saya tidak ingin memacari nya terlebih dahulu karena saya takut melakukan kesalahan kepada nya. Jadi saya pikir jika saya menikahi nya akan lebih bebas melakukan apa pun Tante,” ucap Dokter Suga menjelaskan namun ia tidak menceritakan tentang perihal kehamilan Icha karena teringat ucapan Icha tadi pagi di ruangan nya.
Ibu Henny menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.
“Apakah kamu bicara seperti ini sudah di setujui oleh orang tua mu?” tanya ibu Henny.
“Saya berniat mengatakan nya jika Tante merestui kami. Setelah itu saya akan datang ke rumah Tante untuk melamar Icha secara sah,” ucap Dokter Suga
“Baik kalau begitu, saya akan memberikan jawaban saya setelah saya menanyakan nya pada Icha terlebih dahulu,” ucap Ibu Henny.
Setelah memesan dan membayar makanan yang telah ia pesan, Icha pun berjalan kembali menuju Ibu dan Dokter Suga.
“Maaf ya agak lama karena antrian cukup panjang,” ucap Icha dengan tersenyum. Namun senyuman nya ia tarik kembali karena melihat wajah sang Ibu yang begitu serius dan Dokter Suga yang tertunduk.
“Hmmm ada apa dengan kalian?” ucap Icha dengan firasat yang tidak enak. Icha berpikir jika Dokter Suga menceritakan tentang kehamilan nya.
“Hmm Hmmm Ibu… Ibu maafkan aku, huhuhu. Aku tidak bermaksud mengecewakan Ibu, huhuhu” ucap Icha sambil menangis tersedu sedu.
“Kenapa kamu menangis Icha?! Apa kamu sudah tahu atau belum dengan maksud Dokter Suga menemui Ibu hari ini? Kenapa mengecewakan Ibu?” ucap Ibu Henny.
Icha pun bingung dan melirik ke arah Dokter Suga. Dokter Suga pun menggelengkan kepala nya ke arah Icha.
“Hmmm?? Hehehe,” Icha hanya tersenyum konyol ke arah sang Ibu.
“Icha, Ibu mau menanyakan sesuatu pada mu. Apa kamu mengenal Dokter Suga sudah cukup lama?” tanya Ibu Henny.
“Dari awal aku menjadi Dokter magang di Rumah Sakit, Dokter Suga sudah menjadi Dokter pembimbingku Bu,” jelas Icha.
“Apa kamu juga menyukai Dokter Suga?” tanya lagi sang Ibu
Icha menoleh ke arah Dokter Suga dan kembali menatap sang Ibu. “Aku cukup menyukai nya Bu. Walau beliau orang yang menyebalkan dan selalu membuat ku susah tapi aku mengerti jika itu yang terbaik untuk aku,” ucap Icha.
“Jika kamu menyukai dan mencintai nya. Ibu akan memberikan restu Ibu pada kalian berdua. Namun apa yang sebenar nya apa yang nak Suga sukai dari Icha? Dia anak yang lambat dan cukup sering ceroboh,” ucap ibu Henny.
“Dia cukup berani untuk mengkritik saya Tante. Dia cukup berbeda dari wanita yang lain,” ucap Dokter Suga.
“Baik lah jika seperti itu. Ibu akan memberikan restu Ibu pada kalian berdua,” ucap Ibu Henny yang di sambut senyuman bahagia Icha dan Dokter Suga.
“Saya akan menjaga Icha dan melindungi nya dengan jiwa saya. Setelah pulang dari sini saya akan mengatakan nya pada orang tua saya,” ucap Dokter Suga.
Tak beberapa lama kemudian Icha, ibu Henny dan Dokter Suga menikmati makanan dengan hati yang lega.
Satu jam kemudian mereka pun selesai makan. Dokter Suga menawarkan untuk mengantar Icha dan Ibu Henny untuk pulang ke rumah nya.
“Ibu masih harus mampir ke rumah teman Ibu dulu. Jadi kalian pulang lah lebih dulu,” ucap Ibu Henny.
“Apa tidak apa apa bu? Aku akan ikut Ibu saja,” ucap Icha.
“Ibu tidak ingin di ganggu karena Ibu harus membahas soal rahasia yang tidak boleh ada yang tahu,” ucap ibu Henny sambil tersenyum.
“Waah Ibu mulai ada rahasia ya? Awas saja nanti di rumah aku akan kelitik Ibu sampai Ibu menyerah,” ucap Icha meledek sang Ibu.
“Sudah ya Ibu harus pergi dulu. Nak Suga tolong antar Icha sampai depan rumah dengan selamat ya? Tolong beri kabar juga jika orang tua mu akan datang berkunjung,” ucap Ibu Henny lalu meninggalkan Icha bersama Dokter Suga.
“Hmmm sebaik nya kita juga harus pergi,” ucap Icha.
“Baik lah,” icha dan Dokter Suga pun berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari restoran tersebut.
Di perjalanan Icha dan Dokter Suga hanya terdiam.
“Ehem. Icha maaf tadi saya tidak tega untuk mengatakan tentang kehamilan mu kepada Ibu mu,” ucap Dokter Suga memecah keheningan.
“Tidak apa apa Dokter. Saya justru mau berterima kasih kepada Dokter karena tidak menceritakan nya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan nya jika mengetahui nya,” ucap Icha tertunduk dengan mengelus perut nya.
“Saya akan segera mungkin menceritakan pada orang tua saya tentang kehamilan mu,” ucap Dokter Suga.
“Baik Dokter terima kasih karena sudah mau bertanggung jawab atas anak ini,” ucap Icha.
Mereka pun kembali terdiam dan suasana kembali menjadi hening.
Setelah mengantar Icha sampai depan rumah. Dokter Suga pun kembali melanjutkan perjalanan nya menuju rumah orang tua nya. Dokter Suga berencana untuk langsung menemui orang tua nya dan menceritakan semua nya pada mereka.
“Aku harap kali ini Mamah tidak akan menentang ku lagi,” ucap Dokter Suga.
Dokter Suga mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Setelah satu jam perjalanan Dokter Suga tiba di rumah kedua orang tua nya. Suga langsung masuk ke dalam rumah orang tua nya dan ia melihat jika Mamah dan Papah nya sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.
“Kamu pulang nak?” tanya Mamah nya.
“Iya aku pulang ke sini karena ada sesuatu yang harus aku kata kan pada Papah dan Mamah. Kali ini aku minta Mamah tidak menghalangi ku,” ucap Dokter Suga pada kedua orang tua nya.
“Memang kamu ingin bicara tentang apa sampai mengatakan hal seperti itu kepada Mamah mu?” tanya Papah nya.
“Aku akan menikahi gadis. Junior ku di Rumah Sakit tempat ku bekerja,” jelas Dokter Suga.
“Apa?! Berasal dari keluarga apa gadis itu? Sehingga bisa membuat mu memutuskan untuk menikahi nya?!” tanya sang Mamah
“Dia dari keluarga biasa. Dia hidup hanya berdua dengan Ibu nya yang juga bekerja di sebuah pabrik,” jelas Dokter Suga
“Kamu itu ya benar benar ya ! Mamah tidak akan merestui kalian sampai Mamah mati !” teriak sang Mamah
“Mamah hentikan !!!” potong sang Papah untuk menenangkan istri nya
“Apa dia anak yang baik nak? Bagaimana agama nya?” tanya sang Papah pada Dokter Suga.
“Dia wanita baik baik Pah. Dia juga orang taat pada agama nya. Dia tak pernah meninggalkan ibadah nya. Namun aku lah yang br*ngs*k karenan telah menghancurkan masa depan nya,” ucap Dokter Suga menjelaskan.
“Apa maksdu mu SUGA !! Kamu menikahi wanita karena kesalahan mu ?!” teriak sang Mamah.
“Tidak apa apa nak. Yang penting kamu harus berani bertanggung jawab atas kesalahan mu,” ucap sang Papah.
“Papah ! Anak kita tidak mencintai wanita itu ! Bagaimana dia bisa menikah dan menghabiskan hidup bersama dengan wanita yang tidak ia cintai !” ucap sang Mamah
“Tidak usah perdulikan Mamah mu. Papah merestui mu nak,” ucap sang Papah dan memeluk Dokter Suga.
“Terima kasih Papah. Sebelum mengadakan lamaran akan aku perkenalkan Icha kepada Mamah dan Papah,” ucap Dokter Suga lalu meninggalkan rumah orang tua nya.