Jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan Lana masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang banyak. Tapi sejauh ini Lana masih bisa menanganinya dengan sangat baik. Ketika Lana sedang memeriksa dokumen tiba-tiba Anita datang ke meja kerjanya.
“Lana makan siang bareng yuk,” ajak Anita.
“Boleh mbak. Kebetulan aku juga lagi gak bawa bekal. Mau makan siang dimana mbak?” tanya Lana balik.
“Di dekat kantor katanya ada restoran baru gimana kalau kita nyobain makan di restoran itu?” tanya Anita yang memberikan saran.
“Ok mbak. Tapi aku ke toilet bentar ya mbak,” jawab Lana yang sudah mulai mematikan komputernya.
“Ya udah sana ke toilet dulu. Aku tunggu di lobby bawah ya,” kata Anita kepada Lana.
“Siap mbak…..”
Setelah mengatakan itu Lana pun segera menuju ke toilet tak lupa ia membawa dompetnya. Jadi setelah selesai dari toilet dia bisa langsung pergi ke lobby. Lana juga gak akan lama-lama di toilet karena gak mau sampai membuat mbak Anita menunggu lama.
Ketika sampai toilet ada beberapa karyawan lain yang sedang berada di toilet untuk merapikan make-upnya. Sedangkan Lana memilih untuk masuk kedalam toilet karena memang ia sudah tak tahan untuk buang air kecil. Selama berada di toilet ia bisa mendengar pada karyawan itu sedang membicarakan tentang CEO di perusahaan ini.
“Kalian udah pernah lihat secara langsung belum wajahnya pak Dante? Tadi aku gak sengaja lihat wajahnya pak Dante waktu nganter dokumen di ruang meeting. Sumpah pak Dante ganteng banget. Aku aja langsung meleleh ketika gak sengaja bertatapan mata sama pak Dante,” kata salah satu karyawan itu dengan antusias.
“Ihhh kamu beruntung banget sih. Aku aja yang udah kerja hampir tiga tahun belum pernah melihat wajahnya pak Dante. Aku tahunya cuma namanya aja selebihnya aku belum pernah lihat wajahnya karena memang pak Dante jarang mau berinteraksi dengan karyawan yang levelnya di bawah. Tapi itu sih wajar bagi pak Dante. Masak sekelas CEO mau kenal karyawan biasa kayak kita-kita,” jawab karyawan lainnya.
Lana yang berada di dalam toilet hanya mendengarkan saja gosip yang dikatakan oleh para karyawan itu. Tapi sejujurnya Lana sendiri belum pernah bertemu dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namanya pun ia tak karena memang pekerjaan Lana tak terlibat langsung dengan pemilik perusahaan ini. Jadi Lana tak pernah ambil pusing soal itu. Yang ada di pikiran Lana adalah bekerja yang baik sehingga atasannya suka dengan pekerjaan yang ia kerjakan. Dengan begitu ia bisa bertahan di perusahaan ini dan mungkin nantinya ia memiliki jenjang karier yang bagus. Walaupun itu mungkin masih perlu waktu lagi tapi Lana tak akan menyerah untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Karena memang di kepala Lana ia ingin bisa memberikan yang terbaik untuk sang ibu.
“Oya aku dengar-dengar CEO kita sedang Carin sekretaris ya?” tanya karyawan itu lagi.
“Benar kok. Aku juga dengar langsung dari HRD kalau CEO kita itu sedang mencari sekretaris baru soalnya sekretaris yang sebelumnya mencoba menggoda bos kita semua sedangkan bos kita kan paling gak suka hal-hal semacam itu. Dan aku dengar-dengar gosip kalau bos kita itu tidak pernah terlibat percintaan dengan seorang wanita bahkan ada gosip yang beredar jika bos kita seorang gay. Tapi mana mungkin laki-laki setampan dan seksi seperti bos kita seorang gay. Aku yakin dia suka sama wanita. Mungkin kita bisa coba jadi sekretaris bos kita. Siapa tahu saja kita bisa jadi wanitanya bos kita. Karena ketika kita jadi kekasihnya bos kita maka kehidupan kita akan sangat nyaman,” jawab karyawan yang lain terlihat sangat antusias.
Lana masih berada di dalam toilet dan mendengarkan semua perkataan para karyawan itu. Dan tak berapa lama para karyawan itu sudah pergi dari sana karena tak ada suara gaduh lagi. Lana pun memutuskan untuk keluar dari toilet itu dan sejenak ia memberikan tangannya lalu memilih untuk menemui mbak Anita dan makan siang bersama.
Ketika Lana sampai di lobby mbak Anita tak hanya sendiri tapi ada atasannya pak Bram yang sedang mengobrol dengan mbak Anita. Tanpa memikirkan hal-hal yang aneh Lana pun berjalan mendekat kearah mbak Anita.
“Selamat siang pak Bram,” sapa Lana ketika sudah berada di dekat sang bos.
“Siang Lana,” jawab Bram balik.
Ada perasaan canggung yang dirasakan oleh Lana karena memang tak terbiasa ada di dekat bosnya karena merasakan rasa tak nyaman dan Lana merasa jika atasannya ini memiliki ketertarikan kepada dirinya. Walaupun Lana belum pernah berpacaran dengan laki-laki manapun tapi ia bisa merasakan jika atasannya ini memiliki ketertarikan dengan dirinya maka dari itu Lana sedikit memilik jarak.
“Mbak Anita kita pergi sekarang?” tanya Lana kepada mbak Anita.
“Hmmm Lana katanya pak Bram ingin ikut makan siang bersama dengan kita. Bahkan akan mentraktir kita makan siang juga. Gak apa-apa kan?” tanya Anita dengan ekspresi merasa bersalah.
Sebenarnya Lana tak suka dengan hal-hal seperti ini tapi kalau sudah begini Lana tidak bisa membantah sama sekali. Setidaknya ia tak sendiri karena ada mbak Anita yang ada bersama dengan mereka jadi setidaknya semuanya akan baik-baik saja nantinya.
“Iya gak apa-apa mbak. Sekali lagi terima kasih pak Bram atas traktirannya,” kata Lana yang akhirnya setuju.
Setelah itu Lana beserta Bram dan juga Anita pun segera pergi untuk makan siang bersama.
Di ruang kerjanya Dante masih terjebak dengan segudang dokumen yang harus segera ia kerjakan. Ternyata tak bekerja selama beberapa hari membuat pekerjaan banyak yang belum terselesaikan. Maka dari itu Dante harus segera menyelesaikan semuanya. Ketika Dante sedang mengecek beberapa dokumen tiba-tiba tanpa sengaja ia melihat gadisnya sedang berjalan dengan seorang laki-laki dan juga seorang wanita keluar dari kantor. Dari gelagatnya Dante bisa melihat jika laki-laki itu memiliki ketertarikan kepada gadisnya itu. Dan itu membuat Dante tak suka. Baru hari ini Dante kembali ke kantornya ia sudah di suguhkan dengan banyak hal yang terduga tentang gadisnya. Yang pertama Dante tahu jika gadisnya itu memiliki potensi yang besar dalam hal pekerjaan. Walaupun ia belum lama bergabung di perusahaannya tapi Dante bisa melihat jika gadisnya itu memiliki etos kerja yang tinggi. Jadi dengan mudah ia bisa mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan. Lalu yang kedua walaupun secara penampilan gadisnya terkesan biasa bahkan tak seperti karyawan wanita lainnya yang berpenampilan menarik serta fashionable tapi Dante bisa melihat kecantikan yang dimiliki oleh gadisnya karena gadisnya benar-benar mengeluarkan aura yang membuat siapapun dengan mudah suka dan merasa penasaran kepada dirinya. Dan salah satunya Dante sendiri yang dibuat penasaran dengan sosok gadisnya itu. Dan yang terakhir gadisnya ini banyak di perhatikan oleh beberapa karyawan laki-laki yang bekerja disini dan salah satunya adalah atasan di divisi tempatnya bekerja. Melihat itu semua membuat Dante tak bisa menunda lagi agar gadisnya bisa berada di dekatnya. Dan menjadikannya mainnya.
Dante pun menghubungi pihak HRD untuk meminta gadisnya datang ke ruang kerjanya. Tentu saja tak hanya gadisnya yang datang ada beberapa karyawan wanita lainnya yang akan di interview untuk di jadikan sekretaris barunya. Karena tidak mungkin Dante secara terang-terangan menginginkan gadisnya itu karena ia tak mau sampai ada gosip yang tak jelas diluar sana.
“Halo saya mau kandidat untuk menjadi sekretaris saya segera di seleksi setelah makan siang. Karena saya butuh sekretaris secepat mungkin,” perintah Dante kepada pihak HRD.
“Baik pak Dante,” jawab HRD itu tanggap.
Setelah itu sambungan telepon berakhir dan senyum misterius terlihat di wajah Dante. Yang pasti ia tak sabar untuk segera bisa melihat gadisnya secara dekat. Dan Dante juga tak sabar untuk melihat ekspresi yang akan ditunjukan oleh gadisnya ketika bertemu kembali. Karena jujur saja Dante sangat penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh gadisnya.
Lana masih tak bisa berkata apa-apa ketika pihak HRD menghubungi dirinya bahwa ia menjadi kandidat sebagai sekretaris untuk CEO di perusahaan ini. Ia benar-benar tak punya pandangan apa-apa ketika ia bisa terpilih untuk melakukan interview dengan CEO secara langsung. Padahal ia tak punya pengalaman apapun di bidang sekretaris di tambah lagi ia belum lama bergabung di perusahaan ini kenapa tiba-tiba ia yang jadi terpilih. Begitu banyak pemikiran yang ada di kepala Lana tapi ia tak bisa membantah ketika diberi perintah. Hingga saat ini ia sudah melangkahkan kakinya menuju tempat sang bos berada. Dan sekarang ia sudah berada di depan pintu ruang kerja CEO perusahaan ini.
“Lana tetap bersikap tenang dan jadi Lana seperti biasa. Dan jangan punya ekspektasi apapun dengan kesempatan ini. Anggap saja ini sebagai pengalaman,” kata Lana mencoba menenangkan dirinya yang sangat gugup.
Setelah berhasil menenangkan dirinya Lana pun masuk ke dalam ruang kerja sang bos. Tapi sebelumnya ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya ia masuk ke dalam ruang kerja sang bos.
“Selamat siang pak,” sapa Lana ketika masuk ke dalam ruang kerja CEO perusahaan ini.
Saat ini sang bos sedang membalikan tubuhnya sehingga Lana tak bisa melihat wajah sang bos. Tapi ketika sang bos membalikkan kursi kerjanya dan Lana bisa melihat wajahnya tiba-tiba wajah Lana menjadi pucat pasi ketika melihat wajah CEO perusahaan ini. Bahkan ia sempat mundur beberapa langkah ketika CEO itu mulai berjalan mendekat kearah dirinya.
“Remember me baby?” bisik Dante tepat di telinga Lana.