Lana benar-benar sudah terjebak dengan seorang Dante Alfonso. Ketika ia sudah berani membantah apa yang dikatakan oleh Dante maka akibatnya adalah Dante kembali menghukum Lana dengan hukuman kenikmatan yang pastinya hanya Dante yang menikmati. Lana sendiri hanya diam dan membiarkan apapun yang Dante lakukan kepada dirinya karena ia sudah tak tahu harus berkata apa-apa lagi. Bahkan ketika sekarang ia sudah dalam perjalanan menuju rumahnya ia masih diam seribu bahasa.
“Aku ingatkan sekali lagi jangan pernah kamu punya pikiran untuk bisa pergi dari genggaman aku sebelum aku bisa membiarkan kamu untuk pergi. Dan sampai itu terjadi kamu tidak boleh berhubungan dengan laki-laki manapun. Dan jika ada laki-laki yang berusaha mendekati kamu maka katakan saja jika kamu sudah memiliki kekasih jadi mereka tak akan mendekati kamu lagi. Kamu mengerti Lana?” tanya Dante yang sedang fokus menyetir.
Saat ini Dante sedang mengantarkan Lana menuju rumahnya setelah hampir seharian Dante mengurungnya di apartemen miliknya. Padahal tadi rencananya Lana ingin pulang ketika ia selesai memasak sarapan pagi untuk sang bos. Tapi gara-gara bantahan yang dilakukan oleh Lana maka sang bos menghukumnya kembali dan baru boleh mengizinkan dirinya pulang ketika hari menjelang sore. Karena sang bos benar-benar mengurung Lana di kamarnya dan terus saja mengajaknya untuk mengulangi aktivitas panas mereka hingga membuat Lana benar-benar tak berdaya.
“Aku juga tak bisa membantah apa yang kamu perintahkan. Jadi buat apa aku harus menjawab pertanyaan kamu yang tidak penting itu,” jawab Lana ketus.
Sebisa mungkin Lana tak menunjukkan ekspresi senang dihadapan laki-laki yang sedang menyetir mobilnya.
“Good. Itulah yang aku suka dari kamu. Gadis penurut yang tak suka membantah apa yang aku perintahkan. Tetap jadi gadis penurut seperti ini maka aku tak akan bersikap kasar sama kamu tapi aku akan selalu memperlakukan kamu dengan lembut,” kata Dante yang sesekali melirik kearah Lana.
Lana benar-benar tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Dante karena ia benar-benar sudah tak punya harga diri sama sekali. Entah sampai kapan Dante akan mengurung dirinya dalam kungkungannya yang pasti Lana hanya bisa menerima semua hal yang diperintahkan oleh seorang Dante Alfonso.
Dante pun kembali fokus melajukan mobilnya untuk mengantarkan Lana menuju rumahnya. Tadi Dante benar-benar marah ketika Lana mengatakan jika diantara mereka tak punya hubungan apapun serta tak berhak mencampuri kehidupan mereka masing-masing dan secara spontan Dante langsung meluapkan rasa marahnya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Lana karena ia tak suka ketika Lana bilang jika ia ingin mengakhiri hubungan ini dan lebih parahnya Dante benar-benar akan cepat marah jika ada laki-laki yang mendekati Lana. Dante tentu sangat tahu bagaimana banyak laki-laki yang menatap penuh kekaguman kearah Lana. Ia tak bisa memungkiri dirinya sendiri jika Lana memang cantik ditambah lagi dengan pesona yang dimiliki oleh Lana bisa dengan mudah membuat laki-laki dimana pun bisa dengan mudahnya suka dengan Lana. Dan entah kenapa Dante tak suka dengan kenyataan itu. Apakah mungkin ia sudah jatuh cinta kepada Lana? Entahlah Dante sampai detik ini tak pernah bisa menjawab pertanyaan yang terus berputar di kepalanya. Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.
Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara sama sekali karena memang mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri hingga akhirnya sampai di rumahnya Lana.
“Terima kasih sudah mengantar aku sampai rumah. Kalau begitu aku pulang dulu,” pamit Lana.
Walaupun ia sedang marah dengan Dante tapi ia melupakan sopan santunnya kepada bosnya.
“Besok masuk kerja seperti biasa karena hanya pekerjaan yang harus kamu kerjakan. Dan selesaikan laporan yang harus kamu kerjakan,” perintah Dante kepada Lana.
“Baik. Besok saya akan datang kerja seperti biasa dan menyelesaikan semua pekerjaan yang ada,” jawab Lana patuh.
Setelah mengatakan hal itu Lana pun turun dari mobilnya Dante dan langsung berjalan menuju rumahnya tanpa melihat lagi kebelakang. Ia melangkahkan kakinya dengan yakin karena tak ingin melihat kearah belakang yang hanya akan membuat hatinya hancur jadi lebih baik ia menatap kedepan dengan penuh keyakinan apalagi ia akan bertemu dengan ibunya yang secara otomatis ia harus terlihat baik-baik aja. Ketika sampai di depan rumahnya ia bisa melihat sang ibu sedang menyirami bunga-bunga yang mulai ia tanam. Setelah kondisi sang ibu membaik kini sang ibu mulai menyibukkan diri dengan menanam bunga-bunga yang cantik dan juga kembali memasak. Bahkan ibunya mulai membuat beberapa masakan yang dipesan oleh beberapa tetangga di dekat rumahnya. Walaupun jumlahnya tak banyak tapi ibunya senang bisa memiliki kegiatan baru. Sedangkan Lana awalnya menentang ibunya kembali memasak untuk dijual tapi melihat sang ibu yang butuh aktivitas pun akhirnya memilih untuk membiarkan sang ibu melakukan apapun yang ia inginkan asalkan sang ibu tak terlalu memforsir semuanya. Dan sejauh ini sang ibu baik-baik saja sehingga membuat Lana percaya dengan apa yang sang ibu inginkan.
“Ibu,” panggil Lana.
Dahlia yang baru saja menyiram bunga pun langsung membalikkan tubuhnya ketika mendengar sang putri memanggilnya.
“Kamu sudah pulang sayang ibu kira kamu pulang lembur lagi,” kata Dahlia yang sudah meletakkan alat penyiram tanamannya.
“Kebetulan semua pekerjaan sudah selesai Bu jadi aku bisa bilang lebih cepat. Lagipula aku agak merasa kurang enak badan jadi aku memutuskan untuk pulang lebih cepat,” jawab Lana yang memang terlihat sangat lelah.
“Kamu sakit?” tanya Dahlia sambil menyentuh dahi sang putri.
“Aku gak apa-apa Bu cuma capek aja karena banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jadi aku pulang lebih cepat untuk bisa tidur lebih cepat,” jawab Lana sambil tersenyum kearah sang ibu.
“Kalau begitu kamu mandi aja dulu setelah itu biar ibu buatkan kamu sup hangat biar kamu merasa enakan,” pinta sang ibu.
Lana pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Ia pun melangkahkan kakinya menuju rumah dan langsung menuju ke kamarnya untuk mandi. Ia benar-benar butuh istirahat saat ini karena kemarin hingga hari ini ia terus melayani nafsu Dante yang tak ada habisnya ketika di ranjang. Maka dari itu sekarang yang ia butuhkan adalah tidur.
Sementara itu Dante tak langsung kembali ke rumahnya ia memilih kembali ke kantornya sebentar daripada ia harus pulang ke rumah karena saat ini suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dante masih ingat peduli bagaimana Lana dengan mudahnya mengacuhkannya padahal selama ini tak pernah ada wanita yang berani mengacuhkan dirinya. Wanita di luar sana dengan rela menyerahkan semuanya untuk dirinya tapi hal lain Dante terima dari sosok Lana yang benar-benar membuatnya tak bisa banyak berkata-kata. Padahal ia sudah sering sekali menghukum Lana tapi wanitanya itu seakan-akan tak takut untuk menerima hukuman yang ia berikan untuknya. Dan itu membuat Dante terkadang pusing dibuatnya.
Sesampainya di kantor Dante langsung menuju ke ruang kerjanya untuk memeriksa sesuatu atau lebih tepatnya untuk merenungkan sesuatu. Ketika sampai di ruang kerjanya tak banyak yang dilakukan oleh Dante. Ia hanya duduk sambil memikirkan banyak hal yang berhubungan dengan Lana. Sekitar tiga bulan lamanya ia memiliki hubungan yang tak biasa dengan Lana dan sejak itu juga tak pernah terbersit di benak Dante untuk melepaskan Lana dari genggamannya. Bahkan dari hari ke hari Dante semakin terbiasa dengan keberadan Lana di sekitarnya. Ditambah lagi dengan kebersamaan mereka ketika di ranjang pun membuat Dante seperti candu kepada Lana seakan-akan ia tak akan pernah puas hanya melakukannya hanya satu kali. Apalagi ketika ada banyak laki-laki mendekati Lana tiba-tiba Dante terbakar amarah. Dante tentu saja bingung dengan keadaan dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya sendiri? Apakah dia rela jika nantinya Lana hidup bersama dengan laki-laki lain? Atau bahkan lebih parahnya apakah Dante bisa membiarkan ada laki-laki laki-laki yang menyentuh tubuh Lana selain dirinya? Segala pertanyaan yang terus berputar di kepalanya itu membuat Dante benar-benar bingung dibuatnya. Tapi satu hal yang Dante tahu bahwa ia sudah dibuat candu oleh Lana