“Silakan masuk, Pak. Kamu diterima. Di sini banyak wanita pilihan yang kamu inginkan,” celetuk petugas keamanan memberikan jawaban. Mereka melihat Brandon sangatlah orang mesum.
Tidak memandang umur? Berarti semua wanita bisa jadi miliknya sekarang. Asalkan ada uang tips untuk tujuan tersebut. ‘Ini membuat aku risih.’ Brandon tidak sabaran masuk ketika Zayn tertawa terpingkal-pingkal.
“Sialan! Kamu mau-mau saja, Brandon. Manusia serigala perjaka seperti kamu harus diberikan pelajaran. Malam ini adalah pengalaman yang kamu nanti-nantikan.” Brandon mengikuti Zayn kemanapun pergi.
Teman manusia pertama setelah jauh dari kerumunan kaum manusia serigala, Zayn Smith menyebarluaskan informasi terdalam manusia. Mau itu manusia baik atau jahat, Zayn sangatlah netral. Suara dentuman musik yang memekakkan telinga menambah rasa kepekaan Brandon.
Apakah Brandon lagi diuji? Gendang telinga Brandon rasanya pecah seketika. Namun tetap dikontrol sehingga bisa memisahkan suara-suara yang diinginkan Brandon.
Zayn menaruh tangannya belakang. “Brandon, aku berikan black card mengikuti perintah orangtua aku. Kamu bisa memesan kamar.” Brandon menatap muka datar ke Zayn.
Pria itu mendekati para wanita bermain-main di pojokan ruangan. Berdekatan dengan kamar VIP juga.
Tidak habis pikir, Zayn menenangkan pikirannya. “Aku harus mencari wanita sesuai standar.” Pakaian Zayn sangatlah modern dan mengikuti trendi.
Sedari tadi perhatian banyak orang tertuju ke Brandon. Situasi sangat menguntungkan untuk kaum manusia serigala. Mata kuning keemasan mengedarkan pandangannya.
Semua orang didapatkan informasinya mulai dari gestur tubuh sampai pembacaan ekspresi dan latar belakang.
Beberapa menit kemudian, Brandon mengingat sesuatu. Ada aroma familiar mengitari tempat bartender. Wanita-wanita seksi melayani para tamu masing-masing maupun menyiapkan pesanan.
Brandon menutup hidungnya. ‘Kenapa aku tergila-gila dengan aroma ini? Bukannya ini aroma wanita di toilet?’ Kemudian Brandon menjelajahi sumber aroma tersebut sekaligus melihat kesibukan wanita itu.
Wanita bernama Vinaya Klarika itu bekerja sebagai wanita bar. Tersenyum penuh lebar, membawa nampan berisi cemilan, buah-buahan dan minuman alkohol.
Kadang-kadang menemani orang mabuk. Brandon duduk dengan tenang. Tangan kiri berpangku dagu lalu bertanya. “Selamat malam. Pesan bir satu! Bolehkah aku bertanya. Vinaya itu kerjanya sudah lama?”
Bartender langsung menuangkan segelas bir. Pertanyaan Brandon sangatlah ambigu.
“Kamu anak baru tahu darimana Vinaya? Jangan-jangan kamu salah satu pria brengsek meminta bayar utangnya.” Muka tegas Brandon mengeras saat dituduh begitu.
Tinggal dijawab saja malah mendapatkan kesimpulan yang tidak enak. Gelas bir diambil, meminumnya sampai tandas dan menceritakan awal pertemuannya. Bartender itu tertawa pelan.
“Tipikal Vinaya meminta pertolongan. Maaf, aku pikir kamu pria yang diceritakan Vinaya. Vinaya sudah lama bekerja demi membayar utang-utang keluarganya.”
Brandon mengingat black card milik Zayn. Apakah boleh membantunya? Aroma kepunyaan Vinaya sangatlah manis dan mengundang hormon dewasa manusia serigala Zayn.
Rasanya ingin detail tentang Vinaya. Zayn tercekat lalu diam membeku. “Kamu pacarnya? Memang Vinaya suka begitu tapi tidak mudah dipercayai orang lain. Kemungkinan aura kamu orang baik. Ini bonus!” ujar bartender ramah ke Zayn.
Zayn terkejut bukan main. Satu gelas penuh wine, kesukaan keluarga Dharmendara. Brandon menyunggingkan senyum hangat. “Terima kasih, kebaikan kamu akan aku ingat. Ini pasti mahal.”
Gelak tawa makin jelas. Brandon tidaklah mengerti banyak jenis minuman alkohol lebih mahal sampai menguras kantong. Kalau keturunan sultan dan harta tidak ada habis-habisnya pasti menganggap itu kecil nominal harganya.
“Tidak, Tuan. Ini masih sedikit kebaikan yang aku berikan. Kamu kenal Vinaya sangatlah absurd.”
“Mau gimana lagi, aku tidak mau mengingat kenangan pertama dan kejadian sekilas saja di mata Vinaya. Dia tinggal sendiri atau di rumah keluarga?” Bartender itu berpikir keras. Itu pertanyaan pribadi.
Lalu Brandon mencicipi wine. Manis. Tapi lebih manis incaran Brandon sekarang. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Makanya Brandon menunggu jadwal Vinaya berakhir. Wanita-wanita yang melihat kejauhan langsung bermain peran.
Brandon risih bukan main. Mempunyai tujuan lain untuk merenggut perjaka seorang Brandon Calvin Dharmendara. Zayn tidak ada di radar Brandon. Tidak bisa dihubungi lewat telepati karena perjumpaan mereka berdua terlalu cepat.
“Ayolah, kamu sendirian saja. Kamu mau dihangatkan malam ini?”
“Kamu baru banget Wajah kamu panas terlalu kentara.”
Bisikan, rayuan dan menyentuh beberapa titik tubuh. Brandon tidak mengizinkan siapapun seenaknya meraba-raba tubuh Brandon.
Mereka benar-benar seorang player profesional. Seketika di pikiran Brandon mengatakan tidak bisa membiarkan mereka yang dominan terhadap tubuhnya.
Walaupun dikelilingi banyak wanita di mana para pengunjung lain merasa iri, Brandon berdiri lalu berkata, “Vinaya! Layani aku sekarang juga atau aku akan membeberkan keberadaan kamu dengan orang-orang itu.”
Vinaya merasa terpanggil namanya mendadak berhenti. Brandon tidak suka tubuhnya bereaksi mengikuti hawa nafsu. Vinaya mengakhiri canda tawa kliennya.
Langkah high heels Vinaya terdengar jelas. Brandon tidak menyangka Vinaya menggiring skenario yang dibuat Brandon. “Baik, Tuan. Aku akan mengikuti saran kamu. Maaf ya senior, aku mengurusi satu ini.”
Brandon menarik pergelangan tangan Vinaya untuk menjauhi incaran para wanita.
Malah Vinaya melihat tindakan Brandon sangatlah aneh. Brandon tahu isi pikiran Vinaya. Pria mana yang menolak tawaran menggiurkan tadi? Hanya Brandon saja menolak sesuatu yang ditawarkan dalam duniawi.
Jika Brandon berkenan, semua wanita tadi adalah harem di ranjang. Masalahnya Brandon bukanlah bajingan yang butuh perhatian, hubungan satu malam dan tidak ada status menyertai diantara kedua belah pihak.
“Kenapa kamu menolak, Tuan?” Suara merdu Vinaya sukses membuat jantung Brandon bertalu-talu. Perasaan ini bukan berasal dari hormon dewasa Brandon bukan?
Brandon gelagapan. Meski Brandon melibatkan Vinaya tentang idealismenya, Brandon tidak suka dikerubungi layaknya bunga harum bersama puluhan lebah menyengat.
“Bukan wanita tipe aku. Aku akan memesan kamar untuk kita berdua. Temani saja. Tidak ada hubungan badan maupun mencelakai satu sama lain. Mengenai tadi, aku minta maaf agar aku bisa keluar dari wanita-wanita kelaparan,” kata Brandon sedang membayar tagihan kamar VIP. Vinaya menoleh ke samping.
Tidak sanggup menerima perbuatan Brandon di luar nalar. Setelah mendapatkan tagihannya, Brandon menggiring Vinaya masuk.
Vinaya menatap intens. Begitu juga dengan Brandon. Efek tadi sebentar saja. Pemikiran Brandon selalu jernih kembali. Tidak seperti Zayn menghilang keberadaannya tanpa diketahui Brandon.
Pria itu yang membawa Brandon kemari tapi tidak diajari untuk mengerjakan misi pertamanya. Sebuah kamar berisi kamar mandi di dalam ruangan versi transparan, tempat tidur ukuran king size, nakas di samping tempat tidur, dekorasi mewah, cemilan, rak minuman alkohol, balkon menampilkan view bagus perkotaan dan peralatan yang membuat Brandon cukup malu memperhatikan hal-hal beginian.
“Kamu curhat?” Brandon menyingkirkan mainan-mainan dewasa, menghempaskan tubuhnya yang lelah dan memandang Vinaya sedang duduk di ujung kasur.
“Kurang lebih begitu. Kamu percaya dengan hal mistis dan fantasi?” Vinaya memerhatikan Brandon sekilas. Tidak ada hal aneh sedikitpun.
“Aku tahunya kamu bisa mendengar percakapan mereka jarak jauh. Kemungkinan itu kelebihan kamu atau bakat?”
Brandon menggelengkan kepala. Tidak mungkin Vinaya percaya adanya keberadaan manusia serigala, vampir, hantu, goblin, peri, zombie, penyihir dan sebagainya.
Sebelum membongkar identitasnya, Brandon ingin mengenal Vinaya. “Seperti yang aku bilang, Layani aku semampu kamu. Kamu menarik. Pernahkah kamu memakai parfum atau wewangian sejenisnya?” Vinaya mendelik tajam dan kaget.
Brandon tidaklah main-main. Melayani apa? Bukannya tadi menemani Brandon berbicara? “Bukan versi kamu pelajari. Kamu merasa aneh ada seseorang mendekati kamu secara mendadak bukan? Jadi, ceritakan lebih detail mengenai kamu. Aku ingin pendengar yang baik.”
Vinaya tidak bisa sembarangan menceritakan kehidupannya di depan Brandon. Tapi Brandon tidak seperti pria lainnya yang matanya jelalatan memandang tubuh wanita.
“Oh ya aku hampir lupa. Aku tahu namaku tapi kamu tidak. Perkenalkan! Aku, Brandon Calvin Dharmendara. Penyelamat kamu entah berapa urutnya dalam hidup kamu.”