loader image

Novel kita

Yakin, Nggak Suka Aku? – BAB 4

Yakin, Nggak Suka Aku? – BAB 4

Dukungan Teman-Teman
77 User Views

Airin masuk koridor. Pagi itu baru jam 06.00 WIB, tapi dia sudah sampai di depan pintu kelas karena harus bertanggung jawab untuk piket.

Saat membuka pintu, Airin terkejut. Ada seseorang sedang duduk sambil meletakkan kepalanya di atas meja, tangannya juga melingkar di kepalanya. Dari perawakannya gadis itu mirip sekali dengan Evi, apalagi dia duduk di tempat duduk Evi.

Namun, hal yang membuat Airin ragu pada sosok itu adalah jam kehadirannya. Evi tidak pernah masuk sepagi ini. Dia bahkan tidak masuk sekolah kalau Alka tidak membangunkannya.

Airin segera menelpon dua temannya dan gemetar ketakutan. “Gaes, ini horor. Ada yang duduk di tempat Evi sekarang, tapi kayaknya bukan Evi deh. Ini menakutkan, jangan-jangan itu setan!”

“Iyaaa … aku setan,” kata orang yang duduk itu.

“Kyaaa!” Airin berteriak setelah melihat wajah Evi yang kuyu dan kurang tidur. Belum lagi bengkak merah di matanya.

“Ih, lebay! Lebay deh mulai! Aku ini Evi loh cewek cantik kiyowo yang cetar badai membahana tiada tanding.”

“Nggak mungkin! Kamu bukan temanku!” tunjuk Airin heboh, “Temanku nggak akan datang sepagi ini sekalipun dia piket! Dan … dan mustahil nggak ada Kak Alka di sisi Evi! Sejauh mata memandang pun nggak kutemukan bulu hidung Kak Alka! Kamu bukan temanku! Kamu — “

“Stop!” Evi mengulurkan tangan, “kenapa kamu bawa-bawa bulu hidung? Yang menarik dan bisa dilihat dari Kak Alka itu wajahnya, kok kamu … Ah, lupakan! Jangan sebut nama itu lagi hari ini!”

“Tuh, kan! Kamu bukan temanku! Temanku nggak akan berhenti bucin sama kak Alka! Kalau dia melakukan itu, artinya dia udah gila!”

Evi menggebrak meja dengan mata berkaca-kaca. “Iya! Aku udah gila! Makanya aku berhenti bucin!”

Airin tercengang. Dia menutup mulut dengan tangan, tidak percaya. “Apa ini? Apakah akhirnya kamu menyerah?”

Evi diam sejenak. Menggigit bibir, lalu teriak lagi. “Diam! Aku mau tidur!”

“Eh, E— “

“Airin!” teriak dua orang gadis sambil membuka pintu. Evi yang baru saja memejamkan mata merasa kesal.

“Apa yang terjadi?! Mana hantunya?!” teriak Rika.

“Kamu nggak apa-apa?!” teriak Angel. 

Wajah mereka tampak khawatir. Keduanya ngos-ngosan seperti baru saja dikejar sesuatu. Sedangkan, Airin kini berlari memeluk Rika.

“Gaes! Itu bukan hantu, tapi Evi beneran! Cumaaa, matanya bengkak dan mukanya berantakan banget. Terus dia bilang jangan sebut nama Kak Alka lagi,” kata Airin dengan suara sedih.

“Hah?! Serius?!” tanya Rika. 

Rika mendorong Airin. Dia segera berlari dan duduk di samping Evi. Sementara itu, Angel membantu Airin yang terlempar untuk berdiri.

“Oy, cerita! Kamu kenapa sama cowok itu?” tanya Rika kemudian.

Tidak ada jawaban atau pergerakan dari Evi, karena ia mengabaikan itu. Dia butuh mengistirahatkan otak dan matanya karena semalaman menangis di dalam kamar. 

Beberapa menit kemudian, Alka datang ke depan kelas mencari Evi. Tentu saja, teman-temannya yang peka, melarang kakak kelas mereka untuk tidak masuk agar tidak memporak-porandakan perasaan Evi kembali.

Saat ini, Evi butuh ruang. Dia sedang membangun tembok yang sangat tinggi agar tidak bisa Alka lewati.

“Kalo gitu, aku titip bekal Evi ya. Tolong, sampaikan permintaan maafku juga.” Alka menyerahkan tas bekal dan cokelat kacang Mede berukuran besar kepada mereka.

“Wow. Gede sih, tapi rela bagi-bagi?” tanya Airin. Lengannya langsung disikut oleh Angel yang melarangnya untuk promosi.

“Kakak tenang aja. Kita bakal makan —eh, maksudnya kasih sama Evi,” kata Rika sambil tersenyum ala bisnis.

“Terima kasih, Rika.” Alka melihat ke dalam kelas. Evi masih menelungkupkan tangan di kepalanya. Setelah melihat gadis itu, dia pergi.

Begitu Alka menghilang dari gedung kelas sebelas, teman-teman Evi langsung duduk karena guru juga masuk. 

“Vi, bangun. Bu guru datang,” kata Rika. Dia tidak mau Evi dihukum. Sementara itu, dia menyimpan bekal dan cokelat dari Alka di laci mejanya.

Evi bangun dan menyapa guru itu seperti yang lain. Namun, sepanjang pelajaran, ia tidak bersemangat sampai membuat teman-temannya jadi gelisah. Tanpa sadar, dia justru tidur kembali dengan sangat nyenyak.

Ketika jam istirahat pertama berbunyi ketiga gadis itu membawa Evi pergi dari kelas. Mereka tahu, Evi pasti tidak mau bertemu Alka. Oleh karena itu, setelah puas membeli jajanan kantin, keempatnya pergi ke atap sekolah. Di sana mereka juga memakan bekal dan cokelat dari Alka bersama-sama.

“Cerita, oy! Apa yang terjadi di antara kalian?” tanya Rika kepo.

“Malas. Aku nggak mau bahas,” jawab Evi.

Rika menghela napas. “Evi, kita ini bestie. Bestie ada buat bersenang- senang, tempat mengeluh dan pemberi saran terbaik. Apalagi kamu punya tiga, kamu bisa dapat saran bervariasi dari kami.”

“Betul banget tuh, Vi. Jadi, cerita dong sama kami, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu habis nangis kan? Sumpah, sampai sekarang mata kamu masih belum kelihatan gegara bengkak,” ungkap Airin.

“Aku nggak paham soal cinta, tapi aku paham masalah kamu dengan kakak yang itu,” kata Angel.

Mereka semua berusaha menjadi teman terbaik untuk Evi.

Evi menatap mereka satu persatu. “Hah, ini gila sih. Dia (Alka) tiba-tiba membahas ketua kelas. Katanya aku cocok sama ketua kelas dan kalo aku mau pacaran, lebih baik pacaran aja sama dia. Seolah percaya seratus persen kalo aku bakal aman dengan yang lain.”

“Gi-gila. Ini bukan penolakan seperti biasanya. Kayaknya, dia beneran nggak suka kamu, Vi,” timpal Rika.

“Dan nggak tahan lagi berurusan sama kamu,” tambah Airin.

“Iya, kan? Karena itu aku nangis semalaman. Aku kesal banget. Dia jahat banget sama aku. Masa sih, dia bener-bener anggap aku sebagai adiknya?” Evi kembali mengeluarkan air mata ketika teringat lagi statusnya dengan Alka. Dia menggelengkan kepala sambil menutup wajah. “Nggak mau, aku nggak mau jadi adik dia.”

Rika, Airin dan Angel mengelus bahu Evi. Mereka merasakan bagaimana perihnya cinta bertepuk sebelah tangan gadis itu selama bertahun-tahun.

“Jadi, kamu mau nyerah?” tanya Airin sambil memeluk Evi dari samping.

Evi memajukan bibirnya sambil bertanya, “Haruskah? Tapi walaupun benci, aku masih suka dia.”

“Apapun keputusan kamu, aku ikut,” sahut Rika.

“Ntar dulu, Vi. Pasti ada jalan,” kata Angel. Belum lama bicara begitu, Angel langsung menjentikkan jari tangannya. “Ah! Gimana kalo kamu turuti aja kemauan Kak Alka. Kamu pacaran sama ketua kelas, terus panas-panasin deh itu si hati batu.”

“Ah! Setuju, Vi! Ini ide bagus loh! Bikin dia cemburu dan bikin dia nggak rela melepas kamu!” Rika ikut bersemangat.

“Tapi, gimana caranya?” tanya Airin.

“Sekarang kan udah ada yang namanya kontrak love. Evi tinggal ajukan pacaran kontrak sama ketua kelas,” sela Angel memberi solusi.

“Kontrak love itu bakal jadi bahaya nggak?” tanya Airin, “takutnya nih. Kak Alka nggak ada respon, dan membiarkan apapun terjadi sama Evi. Kan, gaswat.”

“Lanjutkan aja hubungannya sampai Kak Alka menyesal udah ngasih Evi ke orang lain.” Rika Menaik turunkan dua alisnya.

“Terus, kalo Evi suka sama ketua kelas, gimana?”

“Ya, itu bagus. Evi bisa hidup bahagia tanpa Kak Alka,” jawab Angel.

Evi terbayang bagaimana jika ia melakukan itu. Meminta orang lain untuk bekerja sama dengannya demi memancing perasaan Alka. Apakah itu mungkin berhasil? Tapi jika tidak dicoba, dia tidak akan tahu, kan?

“Gimana, Vi? Mau nyoba?” tanya Rika

YAKIN, NGGAK SUKA AKU?

YAKIN, NGGAK SUKA AKU?

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Tentang Evi yang suka sekali pada Alka —kakak kelas sekaligus tetangga dan teman masa kecilnya— yang tampannya luar biasa. Evi sudah menyatakan perasaannya setiap hari, tapi Alka selalu saja mengabaikannya. Bahkan Evi hanya dianggap sebagai adiknya saja selama ini. Suatu hari, Alka mengatakan kalau Evi lebih cocok berpacaran dengan ketua kelas bernama Chiko. Alhasil, Evi marah, tapi hanya bisa menangis di kamar dan hampir putus asa. Untungnya karena dukungan para teman, Evi membuat keputusan gila.  Duh, apa ya yang akan Evi lakukan? Terus, bisakah nanti ia pacaran dengan Alka-nya itu? Atau mungkin, Evi akan bertemu dengan jodoh lain?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset